Tribun Travel

Yakin Mau Diam Saja di Rumah Akhir Pekan? Ayolah Lekas Bersiap dan Kunjungi 5 Tempat Wisata Ini

Anda belum punya rencana liburan akhir pekan ini? Berikut ini kami. . .

Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUN JABAR/Cipta Permana
PUNCAK HABIBIE - Menikmati indahnya matahari terbit di Puncak Habibie di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Palabuhanratu 

Kepala Desa (Kades) Sukamulya H Iman Nurjaman mengatakan, Curug Batu Susun bisa dikatakan bukan termasuk tempat wisata mainstream.

“Meski memiliki pesona yang memikat, jumlah pengunjung di Curug ini tidak banyak, terlebih, keberadaannya juga belum terlalu diketahui oleh banyak orang,” katanya.

Ia mengatakan, pihak pemerintah desa setempat sudah berencana akan memperbaiki jalan menuju Curug Batu Susun agar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua hingga ke kawasan curug.

“Untuk sampai ke Curug Batu Susun saat ini harus berjalan kaki sepanjang 1 kilometer, karena jalan setapak menuju curug belum bisa dilalui oleh kendaraan. Untuk itu pemerintah Desa Sukaulya akan mengalokasikan Dana Desa Tahun 2018 untuk memperbaiki jalan setapak menuju curug agar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua hingga kawasan curug," katanya.

4. Bukit Jaling

Pemandangan indah di Bukit Jaling.
Pemandangan indah di Bukit Jaling. (ISTIMEWA)
Nama Bukit Jaling mendadak terkenal setelah beberapa foto diunggah oleh sebagian warga ke media sosial.
Tempatnya pun menjadi buruan tempat swafoto sejumlah wisatawan yang ingin menikmati keindahan Bukit Jaling.
Tempat ini menyuguhkan pesona alam yang utuh dan masih perawan.
Tentu hal ini mengundang warga untuk menikmati libur akhir pekan setelah bergelut dengan banyaknya kegiatan.
Salah satunya dengan menikmati pesona alam yang utuh dan masih perawan di Kecamatan Warungkondang ini.
Tempat yang bernama Bukit Jaling, tepatnya berada di Kampung Jelegong, Desa Sukamulya Kecamatan Warungkondang.
Tempat ini menyuguhkan segalanya, terutama berhubungan dengan keindahan alam.
Nama tempat ini memang tidak sepopuler objek wisata alam lainnya, bahkan masih tersembunyi di balik kekayaan alam yang dimiliki Cianjur.
Jika berkunjung ke Bukit Jaling pengunjung bakal disuguhi pemandangan hamparan perbukitan dan udara segar.
Untuk mencapai wisata yang terbilang asri ini, harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari pusat kota Cianjur, melalui Jalan Raya Cianjur Sukabumi, kemudian Jalan Raya Warungkondang, Cibeber hingga memasuki jalan desa Cisarandi.
Sampai di lokasi, warga akan merasakan suasana hening.
Sebagai lokasi wisata yang menawarkan keindahan alam, maka keberadaan pengunjung tidak lepas dari kegiatan berfoto dengaan menggunakan latar belakang alam, seperti areal perbukitan dan persawahan. 
Seorang pengunjung asal Cianjur Deni Wahyudi (34) mengatakan, ia datang bersama teman  temannya.
Di lokasi tersebut ia dapat menikmati sunyinya alam, udara segar, hingga ketenangan bisa didapatnya. 
“Suasananya benar-benar sunyi dan jauh dari kebisingan. Udara sejuk juga membuat pikiran tenang,” katanya.
Kepala Desa Sukamulya Iman Nurjaman mengatakan, rata-rata warga yang datang adalah remaja pencinta alam. 
“Kalau hari Sabtu dan Minggu saya lihat kebanyakan yang datang remaja. Sering juga ada yang foto pre-wedding di sini,” katanya.
Menurutnya, kawasan wisata ini belum tertata dengan baik.
Pasalnya selain lokasinya yang berada di perbatasan desa, tempat ini juga masih dimiliki oleh pihak swasta.
“Lokasinya ada di Desa Sukamulya, namun jika akan ke Bukit Jaling insfrastuktur yang digunakan milik Desa Cisarandi,” ujarnya.
5. Puncak Habibie
PUNCAK HABIBIE - Menikmati indahnya matahari terbit di Puncak Habibie di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Palabuhanratu
PUNCAK HABIBIE - Menikmati indahnya matahari terbit di Puncak Habibie di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Palabuhanratu (TRIBUN JABAR/Cipta Permana)

Puncak Habibie di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Palabuhanratu, berada di ketinggian 380-an meter di atas permukaan laut.

Lokasinya yang tinggi membuat dataran ini menjadi favorit para pengendara dan wisatawan yang sedang menempuh perjalanan dari Palabuhanratu menuju Banten atau sebaliknya, untuk beristirahat sejenak sambil menikmati indahnya matahari terbit di ufuk timur.

Pemandangan dari Puncak Habibie
Pemandangan dari Puncak Habibie (flickr)

Meski jarak antara Palabuhanratu dan Puncak Habibie hanya sekitar 18 kilometer dan bisa ditempuh dalam 30 menit, para "pemburu" matahari terbit umumnya berangkat dari Palabuhanratu pukul 03.30-an agar tak ketinggalan momen.

Bagi mereka, lebih baik menunggu 20-30 menitan di puncak yang dingin ketimbang datang terlambat.

Sama sekali bukan masalah karena ada banyak sekali warung yang sudah buka sejak dini hari yang menyediakan kopi atau teh panas dan berbagai camilan hangat.

Akan tetapi, tentu tak hanya matahari terbit yang membuat tempat ini sebegitu menariknya.

Seiring dengan terangnya cakrawala, satu per satu objek-objek wisata di Sukabumi tiba-tiba bermunculan, dari kejauhan.

Mulai dari deretan bukit-bukit yang masih berselimut kabut hingga keramba dan hilir mudiknya perahu-perahu nelayan di hamparan teluk Ujunggenteng yang memantulkan sinar kemerahan matahari pagi.

Keindahan ini seolah menjawab rasa penasaran tentang pesona romantisme Puncak Habibie yang banyak sekali diceritakan orang.

Sungguh kelelahan itu terbayar. Tak pernah terbayang bahwa panorama di tepian jalan menuju Geopark Ciletuh di Sukabumi ini bisa begitu indahnya.

Keindahan panorama pagi di Puncak Habibie juga membuat para pengunjung berlomba-lomba mengabadikannya dan berswafoto.

Cahaya blitz berkelap-kerlip di tengah gelapnya subuh.

Asep (33), salah seorang pemilik warung di Puncak Habibie, mengatakan ada banyak versi tentang nama Puncak Habibie ini.

Sebagian, kata Asep, mengatakan penamaan itu karena presiden ketiga RI, BJ Habibie, memiliki lahan dan vila di daerah tersebut.

Namun, ada juga yang mengatakan bahwa nama itu dipakai karena di tempat itu terdapat kantor Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).

Keberadaan kantor IPTN atau PT DI tersebut sangat lekat dengan nama Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie.

"Saya enggak tahu yang benar itu yang mana, cuma dari dulu, orang menyebut tempat ini sebagai Puncak Habibie atau Bukit Habibie," ujarnya di warung miliknya di Puncak Habibie, Minggu (27/8).

Meski setiap hari ada saja yang datang untuk berburu matahari pagi, kata Asep, momen yang paling ramai adalah masa libur panjang sekolah.

"Kalau hari-hari libur biasa mah ya kayak gini, cuma beberapa yang datang," ujar Asep.

Muhammad Taufik (28), wisatawan asal Bandung, yang baru pertama kali mengunjungi Puncak Habibie, mengaku takjub dengan pemandangan saat matahari terbit di lokasi wisata ini.

"Alhamdulillah, saya bisa melihat secara langsung bagaimana indahnya alam pegunungan di sini saat matahari mulai terbit. Biasanya saya cuma dengar ceritanya dari teman-teman dan melihatnya dari foto-foto. Ini lebih indah dari cerita yang saya dengar," ujar Opik, sapaan akrabnya, di salah satu warung di Puncak Habibie, Ahad lalu.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved