Tribun Travel
Yakin Mau Diam Saja di Rumah Akhir Pekan? Ayolah Lekas Bersiap dan Kunjungi 5 Tempat Wisata Ini
Anda belum punya rencana liburan akhir pekan ini? Berikut ini kami. . .
Penulis: Fauzie Pradita Abbas | Editor: Fauzie Pradita Abbas
TRIBUNJABAR.ID, CISARUA - Anda belum punya rencana liburan akhir pekan ini?
Berikut ini kami berikan rekomendasi tempat wisata yang bisa menyegarkan Anda:
1. Curug Cimahi
Lokasi wisata alam Curug Cimahi di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat (KBB), bisa jadi pilihan tepat untuk berakhir pekan.

Curug Cimahi layak dijadikan destinasi wisata pilihan Anda.
Meski pada musim penghujan, Curug Cimahi tetap aman dikunjungi wisatawan.
Hanya saja, para wisatawan tidak bisa sampai ke dasar air terjun.
Pihak pengelola yaitu Perum Perhutani membatasi wisatawan hanya sampai di view dack yang terletak di tengah.
Tambah Daya Tarik

Obyek wisata Air Terjun Pelangi di Curug Cimahi yang berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, tak hanya menyuguhkan keindahan air terjunnya saja.
Daya pikat tempat ini lainnya, adalah populasi monyet ekor panjang yang tinggal di kawasan tempat wisata tersebut.
Para pengunjung terlihat memberikan makanan pada sekelompok monyet, walau hal itu tidak dianjurkan.
Melihat makananan yang disodorkan, puluhan monyet ekor panjang berkumpul dan berebut makanan.
Selain itu, monyet-monyet tersebut memperlihatkan aksi meloncat dari satu batang pohon ke batang pohon yang lain.
Salah seorang pengunjung, Hermawan (37), mengatakan, kehadiran monyet berekor panjang itu bisa menambah keseruan ketika berkunjung ke tempat wisata yang sejuk tersebut.
"Ya jadi tidak bosan, selain bisa melihat keindahan curug, kita juga bisa bermain dengan monyet yang baik ini," ujar Hermawan saat ditemui di Curug Pelangi Cimahi, Senin (25/12/2017).
Pria asal Cipageran, Kota Cimahi ini, datang dengan membawa anaknya yang berusia lima tahun. Anaknya terlihat tidak takut dengan kehadiran monyet tersebut.
Hal yang sama diakui pengunjung asal, Padalarang, Mira (21) yang datang bersama temannya. Ia mengatakan, bahwa kehadiran monyet itu membuat Curug Cimahi tidak membosankan.
"Tentunya jadi seru ya karena monyetnya tidak galak tapi lucu loncat loncat," katanya.
Terlihat mereka memotret monyet itu ketika sedang melakukan aksi meloncat maupun ketika temannya sedang memberikan makanan.
2. Talaga Bodas, Surga Tersembunyi di Wanaraja Garut

Kabupaten Garut merupakan tujuan wisata bagi banyak wisatawan.
Satu destinasi yang menjadi unggulan, adalah kawah Talaga Bodas di Desa Sukamenak, Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut.
Untuk bisa sampai di lokasi wisata ini, pengunjung tak perlu khawatir, pasalnya jalan wisata tersebut mampu dilintasi oleh kendaraan roda dua dan empat.
Setiba di pintu masuk lokasi, pengunjung diberlakukan tiket sebesar Rp 9.500 dan nantinya bisa memarkirkan kendaraannya serta berjalan kaki sejauh satu kilometer untuk menuju kawah vulkanik tersebut.
Sesampainya di lokasi, pengunjung pun akan disuguhi kawah yang membentuk danau berwarna putih.
Pemandangan ini tak kalah menakjubkan dengan wisata Kawah Putih yang berada di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Selain kawah, pengunjung pun disajikan pemandangan indah, yakni hamparan hutan belantara yang didiami satwa endemik daerah tersebut, yakni kera ekor panjang (macaca fascicularis).
Tak hanya sekadar berswafoto ria atau hiking.
Berjarak 200 meter dari bibir kawah, pengunjung pun bisa berendam di kolam air yang mengandung belerang untuk melepas lelah setelah berjalan dari pintu masuk sampai lokasi kawah.
Kepala Seksi wilayah V Garut Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Purwantono, mengatakan, daya tarik wisata di Talaga Bodas adalah fenomena alam yang tercipta dengan sendirinya.
"Selain di lokasi ini pun terdapat beberap gazebo untuk pengunjung beristirahat," kata Purwantono di Talaga Bodas, Minggu (25/3/2018).
Purwantono mengatakan, wisata Talaga Bodas ini berada di wilayah yang dipantau oleh BKSDA, hal tersebut dilakukan guna menjaga kondisi alam dan keberadaan satwa endemik khas Talaga Bodas.
"Di wisata ini pun terdapat beberapa satwa yang terancam punah," katanya.
Ia pun mengatakan, wisata kawah ini pun banyak dikunjungi oleh para wisatawan lokal pada akhir pekan dan hari libur nasional, yakni 2 ribu wisatawan setiap bulannya.
"Selama 2017 kemarin, pengunjung mencapai 26.700 orang, kebanyak adalah wisatawan lokal," ujarnya.
3. Curug Batu Susun

Nama Curug Batu Susun memang belum sepopuler curug lainya yang ada di Jawa Barat.
Tapi untuk keindahan panoramanya, tak kalah eksotis dibanding curug-curug yang sudah lebih dulu populer.
Untuk bisa mencapai Curug Batu Susun bisa diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat.
Rute menuju Curug Batu Susun bisa menggunakan Jalan Raya Warungkondang-Cibeber.
Perjalanan bisa ditempuh sekitar 1 jam dari Warungkondang menuju kampung Benteng, Desa Sukamulya. Untuk sampai ke lokasi curug Batu Susun dari Kampung Benteng harus jalan kaki sekitar 1 kilometer melewati pesawahan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akan terobati saat melihat Curug Batu Susun yang memiliki keindahan alam sangat mempesona.
Curug Batu Susun ini memiliki ketinggian sekitar 10 meter.
Keunikan dari Curug ini adalah bebatuan yang menumpuk dan menyusun secara alami dengan desain yang indah.
Kepala Desa (Kades) Sukamulya H Iman Nurjaman mengatakan, Curug Batu Susun bisa dikatakan bukan termasuk tempat wisata mainstream.
“Meski memiliki pesona yang memikat, jumlah pengunjung di Curug ini tidak banyak, terlebih, keberadaannya juga belum terlalu diketahui oleh banyak orang,” katanya.
Ia mengatakan, pihak pemerintah desa setempat sudah berencana akan memperbaiki jalan menuju Curug Batu Susun agar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua hingga ke kawasan curug.
“Untuk sampai ke Curug Batu Susun saat ini harus berjalan kaki sepanjang 1 kilometer, karena jalan setapak menuju curug belum bisa dilalui oleh kendaraan. Untuk itu pemerintah Desa Sukaulya akan mengalokasikan Dana Desa Tahun 2018 untuk memperbaiki jalan setapak menuju curug agar bisa dilalui oleh kendaraan roda dua hingga kawasan curug," katanya.
4. Bukit Jaling


Puncak Habibie di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Palabuhanratu, berada di ketinggian 380-an meter di atas permukaan laut.
Lokasinya yang tinggi membuat dataran ini menjadi favorit para pengendara dan wisatawan yang sedang menempuh perjalanan dari Palabuhanratu menuju Banten atau sebaliknya, untuk beristirahat sejenak sambil menikmati indahnya matahari terbit di ufuk timur.

Meski jarak antara Palabuhanratu dan Puncak Habibie hanya sekitar 18 kilometer dan bisa ditempuh dalam 30 menit, para "pemburu" matahari terbit umumnya berangkat dari Palabuhanratu pukul 03.30-an agar tak ketinggalan momen.
Bagi mereka, lebih baik menunggu 20-30 menitan di puncak yang dingin ketimbang datang terlambat.
Sama sekali bukan masalah karena ada banyak sekali warung yang sudah buka sejak dini hari yang menyediakan kopi atau teh panas dan berbagai camilan hangat.
Akan tetapi, tentu tak hanya matahari terbit yang membuat tempat ini sebegitu menariknya.
Seiring dengan terangnya cakrawala, satu per satu objek-objek wisata di Sukabumi tiba-tiba bermunculan, dari kejauhan.
Mulai dari deretan bukit-bukit yang masih berselimut kabut hingga keramba dan hilir mudiknya perahu-perahu nelayan di hamparan teluk Ujunggenteng yang memantulkan sinar kemerahan matahari pagi.
Keindahan ini seolah menjawab rasa penasaran tentang pesona romantisme Puncak Habibie yang banyak sekali diceritakan orang.
Sungguh kelelahan itu terbayar. Tak pernah terbayang bahwa panorama di tepian jalan menuju Geopark Ciletuh di Sukabumi ini bisa begitu indahnya.
Keindahan panorama pagi di Puncak Habibie juga membuat para pengunjung berlomba-lomba mengabadikannya dan berswafoto.
Cahaya blitz berkelap-kerlip di tengah gelapnya subuh.
Asep (33), salah seorang pemilik warung di Puncak Habibie, mengatakan ada banyak versi tentang nama Puncak Habibie ini.
Sebagian, kata Asep, mengatakan penamaan itu karena presiden ketiga RI, BJ Habibie, memiliki lahan dan vila di daerah tersebut.
Namun, ada juga yang mengatakan bahwa nama itu dipakai karena di tempat itu terdapat kantor Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang kini menjadi PT Dirgantara Indonesia (DI).
Keberadaan kantor IPTN atau PT DI tersebut sangat lekat dengan nama Menteri Riset dan Teknologi BJ Habibie.
"Saya enggak tahu yang benar itu yang mana, cuma dari dulu, orang menyebut tempat ini sebagai Puncak Habibie atau Bukit Habibie," ujarnya di warung miliknya di Puncak Habibie, Minggu (27/8).
Meski setiap hari ada saja yang datang untuk berburu matahari pagi, kata Asep, momen yang paling ramai adalah masa libur panjang sekolah.
"Kalau hari-hari libur biasa mah ya kayak gini, cuma beberapa yang datang," ujar Asep.
Muhammad Taufik (28), wisatawan asal Bandung, yang baru pertama kali mengunjungi Puncak Habibie, mengaku takjub dengan pemandangan saat matahari terbit di lokasi wisata ini.
"Alhamdulillah, saya bisa melihat secara langsung bagaimana indahnya alam pegunungan di sini saat matahari mulai terbit. Biasanya saya cuma dengar ceritanya dari teman-teman dan melihatnya dari foto-foto. Ini lebih indah dari cerita yang saya dengar," ujar Opik, sapaan akrabnya, di salah satu warung di Puncak Habibie, Ahad lalu.