Saat Anak-anak Mengkritik dan Ingin Menggantikan Presiden Soeharto

"Pernahkah bapak tertembak. Saya ingin mendengarkan cerita pertempuran yang bapak alami," tulisnya.

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Yudha Maulana
Kolase Tribun Jabar
Kolase Presiden RI Pertama Soeharto dan surat dari anak-anak 

"Menurut penglihatan Fenty, Ibu Tien adalah first Lady yang selalu rapi dalam berpakaian, anggun dan candik di seluruh dunia," tulisnya. Di akhir tulisannya, ia menuliskan pantun lawas.

"4x4 =16, sempat tidak sempat harus dibalas. Pak Harto harap cepat dibalas ya suratnya, Fenty tunggu lho balasannya," tulis siswi yang saat itu duduk di bangku SMP.

Kegirangan juga dituliskan oleh Deby Lukito asal Solo yang menulis surat pada April 1989. Ia girang karena suratnya pada Soeharto dan meminta foto Soeharto dan ibu negara ternyata dibalas.

Baca: Begini Penampakan Baliho Sosialisasi Penerimaan Anggota Polri di Bawah Fly Over Pasupati

"Saya sangat gembira menerimanya, sekarang potret itu saya taruh di meja belajar saya. Tiap teman saya main ke rumah, pasti mengagumi potret Bapak dan Ibu Tien‎. Mereka juga tanya bagaimana caranya mengirim surat untuk Bapak," kata Debby dalam suratnya.

Seorang siswa juga mempertanyakan hal unik pada Soeharto yang berlatar belakang militer. Dalam suratnya, seorang siswa asal Yogyakarta, Arif Frwan Dahlisus pada Februari 1986 menulis dan bertanya soal perang apa yang paling ganas dialami oleh Soeharto.

"Pernahkah bapak tertembak. Saya ingin mendengarkan cerita pertempuran yang bapak alami," tulisnya.

Baca: 4 Fakta Menarik Seputar Pasukan Kebersihan Cilik Bumi Inspirasi Bandung

Siswa SMP di Jakarta Timur, Topan Tresnowati dalam suratnya mempertanyakan soal suap pada orang nomor satu di Indonesia pada era Orde Baru itu.

"Dalam hal pekerjaan harus menggunakan uang untuk sogokan‎ (suap). Dan saya khawatirkan adalah bagaimana jadinya generasi muda yang seumur dengan saya nantinya. Akan menganggurkah karena tidak punya uang untuk itu semua," kata Topan.

Tim penyusun dalam sambutannya menulis, surat yang dikirim kebanyakan menggunakan kertas yang dipakai menulis.

Banyak juga yang menggunakan sobekan dari buku sekolah bergaris biru yang bisa segera dikenali dari dua lubang bekas jilid dengan kawat di tepi kiri.

Baca: 143 Ribu Kendaraan Lintasi Jalur Tol Cikampek Selama Hari Libur Paskah

"Sebagian lain memakai kertas aneka warna. Melihat bahwa surat-surat ini datang dari berbagai pelosok tanah air, keakraban itu terasa merata, melewati batas surat dari kota besar, sedang, kecil atau dari desa," tulis tim penyusun.

Sementara itu, dalam sambutannya di buku itu yang ditulis tertanggal 11 Maret 1991, Soeharto menulis.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved