Ini Makna di Balik Buku Sila Kelima yang Ditulis Audrey Yu Jia Hui, Minoritas yang Cinta Indonesia

Sepertinya bangsa ini sudah lupa, jika Indonesia memiliki ideologi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pedomannya.

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Putri Puspita Nilawati
Audrey Yu Jia Hui (29) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG - Saat ini masyarakat Indonesia mudah sekali termakan info hoaks yang memecah belah persatuan.

Sepertinya bangsa ini sudah lupa, jika Indonesia memiliki ideologi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai pedomannya.

Banyak cara yang dilakukan bangsa lain untuk menghancurkan perbedaan yang indah, yang sejatinya sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dahulu.

Baca: Toni Sucipto Sebut Mental Pemain Persib Oke, Siap Curi Poin dari Sriwijaya FC

Kemerdekaan Indonesia pun didapatkan dari semangat cinta kasih para pahlawan tanpa memandang suku, ras, maupun agama.

Sayangnya canggihnya teknologi membuat informasi yang tersebar semakin luas dan pola pikir masyarakat belum bisa mengimbangi canggihnya teknologi.


Hal Inilah yang membuat Audrey Yu Jia Hui (29) kembali menuangkan pemikiran kritisnya lewat buku berjudul Sila Kelima.

Dilahirkan sebagai keturunan Tionghoa, Audrey menceritakan pemikirannya yang dipandang sebagai minoritas yang cinta akan Indonesia.

Butir Pancasila yang berbunyi "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia", di tuangkan lewat sebuah kisah yang tokoh utamanya adalah dirinya sendiri.

"Saya selalu berpikir kenapa manusia kurang mengapresiasi karya Tuhan dengan perbedaan yang ada," ujar Audrey di Sabuga, Jalan Tamansari No 83, Kota Bandung, Rabu (28/3/2018).

Pemilik nama lengkap Maria Audrey Lokita ini mengatakan bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan manusia adalah berharga.

Setiap perbedaan yang ada di dunia ini adalah karunia yang luar biasa, dan setiap manusia seharusnya diperlakukan secara adil akan perbedaan yang dimilikinya.

Buku Sila Kelima yang berjudul Tong Bao ini memiliki makna yang filosofis, artinya berasal dari rahim yang sama.

"Saya memandang Indonesia adalah Ibu Pertiwi, dimana seorang ibu pasti memiliki rahim hingga lahirlah manusia yang bersaudara" ujarnya antusias.

Namun sayangnya, banyak orang yang sudah tidak peduli lagi dengan saudara yang lahir di bumi pertiwi.


Ketika agama, warna kulit, atau sukunya berbeda, mereka enggan terlibat lebih dalam atau bersikap baik.

Mereka tampaknya lupa jika mereka adalah manusia, yang dimana setiap agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan.

Pengamalan Pancasila dasarnya adalah sebuah pedoman yang begitu mulia ketika mampu memahami maknanya.

Sebagai pemikir yang kritis, Audrey telah membuat tiga karya buku, diantaranya berjurul Patriot (2011), Mellow Yellow Drama (2014), dan Mencari Sila Kelima (2015).

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved