Breaking News

Orangtua Rantai Anak di Margahayu

Sentot: Saya Lihat Tetangganya Kurang Peduli Karena Pak Eno Bukan Asli Sana

Jika ada barang untuk jualan, Eno menjualnya dengan cara berkeliling dari kampung ke kampung dengan cara ditanggung.

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Mumu Mujahidin
Maesaroh (38), orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kampung Kebon Kalapa, Desa Sukamenak, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jumat (23/3/2018). 

Sudrajat pernah kabur hingga berhari-hari tidak pulang bahkan pernah hilang hingga seminggu sehingga dicari-cari oleh kedua orangtuanya yang sudah tua.

Baca: Dikontrak Persib Bandung, Ardi Idrus Sebut Motivasinya Semakin Berlipat

Menurut Eno, kedua anaknya sudah mulai sakit sejak usia tiga tahun. Waktu itu tiba-tiba anaknya panas dan menangis terus menerus meski sudah dibujuk dan ditenangkan.

"Jadi dulu pas umurnya masih tiga tahun itu dia panas terus nangis terus enggak berhenti, sampai malam juga terus nangis. Dari situ jadi seperti ini. Adiknya juga sama dari umur tiga tahun juga," tutur Imas.

Eno dan Imas memiliki 3 orang anak. Anak pertama mereka Supriatna tidak mengalami gangguan mental.

Supriatna meninggal di usia (38) setelah menikah dan memiliki seorang anak.

Sementara anak kedua dan ketiga mereka yakni Maesaroh dan Sudrajat, mengalami penyakit yang diduga gangguan jiwa sejak usia 3 tahun.

Di usia 3 tahun Maesaroh sempat bisa bicara hingga sekarang, namun sang adik Sudrajat waktu itu belum sampai bisa berbicara.

"Sudah pernah diobati dua kali tapi pada enggak sanggup, katanya ini mah katumpangan ku jurig (diikuti hantu, mistis) dan harus dibawa ke orang pintar. Semua orang pintar dan ustad juga sudah didatangin, malah sampai kemalaman dan kehujanan di jalan tetap aja pada enggak sanggup," tuturnya.

Meski demikian Eno dan Imas tetap mengurus kedua anaknya tersebut, setiap hari kedua anaknya dikasih makan dan dimandikan beberapa kali dalam satu minggu.

Kedua anaknya tersebut melakukan buang air kecil dan buang air besar di tempat. Sehingga meski ruang rumahnya lumayan bersih, namun tercium bau tidak sedap, seperti bau kotoran dan air kencing.

"Kalau ada yang nungguin dia minta makan dan minta ke kamar mandi sendiri. Tapi kalau enggak ada bapak atau ibu ya buang air disitu," katanya.

Eno dan Imas berharap kedua anaknya tersebut bisa diobati dengan baik. Namun diakui Eno dirinya tidak memiliki biaya untuk mengobati kedua anaknya.

Terlebih Eno merasa takut dan tidak mampu kalau membawa anaknya terutama Sudrajat untuk berobat, karena sering ngamuk.

"Ya inginnya diobati, tapi saya juga enggak sanggup bawanya, karena sering ngamuk. Dibawa naik anggot juga, tukang angkotnya enggak mau," tutur Eno di kediamannya, Jumat (23/3).

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved