Eksklusif Tribun Jabar
VIDEO HEADLINE EKSKLUSIF - Jangan Khawatir, Ikan-ikan di Waduk Saguling Bebas dari Virus
Sebelumnya, ada dugaan 3 waduk di Jabar telah tercemar limbah sehingga ikan yang ada waduk-waduk itu diduga tak layak untuk dikomsumsi.
Penulis: Ragil Wisnu Saputra | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Tim Liputan Tribun Jabar
TRIBUNJABAR.ID, CIHAMPELAS- Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Bandung Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak menemukan Megalocytivirus pada ikan nila milik petani ikan Desa Mekarjaya, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat.
BKIPM membuat pernyataan itu setelah melakukan monitoring berkala dengan sampel uji dari keramba ikan Waduk Saguling, Selasa (6/3/2018).
Sebelumnya, ada dugaan 3 waduk di Jabar telah tercemar limbah sehingga ikan yang ada waduk-waduk itu diduga tak layak untuk dikomsumsi.
Tiga waduk itu adalah Cirata, Jatiluhur, dan Saguling yang dilintasi Sungai Citarum.
Tito Karnavian Bertanya kepada Ustaz Abdul Somad Soal Konflik di Negara Islam, Begini Jawabannya https://t.co/ZbhB8tCY13 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 6, 2018
BKIPM melakukan pengujian terhadap sampel ginjal karena biasanya virus tersebut masuk melalui sel darah, bukan sel otot.
Dengan meneliti ginjal ikan, hasilnya akan lebih akurat. Megalocytivirus biasanya menyerang sistem beberapa organ ikan tertentu.
Proses diagnosis uji sampel ini menggunakan metode biologi molekuler dengan alat Portable Realtime PCR. Alat tersebut merupakan alat khusus yang digunakan untuk memeriksa DNA virus.
"Setelah kami uji sampel tadi, hasilnya negatif Megalocytivirus. Kenapa lebih ke virus? Karena virus itu penularannya sangat cepat dan sistemik serta area penularannya cukup luas. Beda dengan parasit dan bakteri. Luas populasi ikan satu meter persegi yang terkena parasit, belum tentu populasi sebelahnya juga ikut terserang parasit," ujar Dedy Arief Hendriyanto, Kepala BKIPM Bandung, kepada Tribun setelah melakukan penelitian di Waduk Saguling.
Baca: Berdebat dengan Sekjen PSI, Fadli Zon: Apakah Saya Ini Penebar Hoaks atau Bukan?
Menurut Dedy, jika ada kasus kematian ikan di spot tersebut, belum tentu terjadi karena suatu penyakit.
Bisa jadi ikan mati karena faktor lain, semisal faktor lingkungan atau yang disebut noninfectious.
Karena itu, kata Dedy, BKIPM juga mengambil beberapa ikan untuk dilakukan diagnosis di laboratorium guna diketahui adanya bakteri lain yang merugikan.
Semisal adanya bakteri E Coli atau bakteri lainnya yang merugikan disebabkan sumber air berasal dari sungai yang bisa saja mengandung limbah rumah tangga.
Dalam kesempatan itu, BKIPM juga mengecek kadar pH air. Hasilnya, kadar pH air di Waduk Saguling di spot Cihampelas, yang juga disinyalir terpapar limbah, masih terbilang normal di angka 6,8.
"Kalau pH air cenderung asam, kadar amoniak pasti tinggi juga tapi sejauh ini masih aman jika melihat kondisi fisik airnya dari kadar pH-nya. Plankton saja, kan, bisa hidup di sini. Kalau air kualitasnya tidak bagus, akan terjadi kematian plankton tapi nanti kami akan cek lagi saat kondisi air sedang surut. Karena kami lakukan minitoring ini berkala," ucapnya.
Dedy mengatakan, diagnosis harus dilakukan secara rutin karena iklim memang terus-menerus berubah.
Uji Laboratorium
Dedy mengatakan untuk memastikan apakah ikan tidak layak konsumsi karena mengandung bakteri atau logam berat, harus ada uji laboratorim dari sampel yang bisa mewakili agar bisa mengambil kesimpulan secara general (umum).
Baca: Kronologi Kapolsek di Lampung Digerebek Gara-gara Selingkuhi Istri Bawahan
Pengujiannya, kata dia, harus dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi dengan uji konfirmatif dari laboratorium lainnya yang sama juga terakreditasi. Jadi, saat mendapat hasil akhirnya, ada pembanding.
"Itu (pengujian) mutlak dilakukan. Supaya hasil bisa disimpulkan. Apabila ada kesalahan dalam pengujiannya, bisa dilakukan pengujian ulang," katanya.
Kalaupun ada ikan di Waduk Saguling yang mengalami kasus seperti itu, kata Dedy, tidak bisa disimpulkan secara umum jika pengujian hanya dilakukan oleh satu laboratorium.
Persib Bandung Kembali Mundurkan Laga Uji Coba, Pekan Ini Hanya Gelar Latihan Saja https://t.co/o21SmAdC8r via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 6, 2018
Karena tentu hal itu akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat baik konsumen maupun petani ikannya itu sendiri.
"Maka, harus ada penelusuran lebih mendalam melalui parameter lain dengan cara kolaboratif antar-institusi. Misal penelitian parameter air dari hulu hingga hilir. Apakah airnya tercemar limbah (industri atau rumah tangga) atau tidak," katanya.
Ditanya apakah beberapa jenis ikan di Waduk Saguling, tepatnya di spot Cihampelas, terjangkit bakteri E Coli atau lainnya, Dedy mengatakan pihaknya akan segera melakukan uji lab dengan membawa beberapa jenis ikan, seperti patin, nila, dan mas. (*)