Satu-satunya di Timur Jabar, Cap Go Meh di Wihara Dewi Welas Asih Harus Jadi Destinasi Wisata Dunia
Perayaan Cap Go Meh di Wihara Dewi Welas Asih merupakan satu-satunya di Wilayah III Cirebon.
Penulis: Ahmad Imam Baehaqi | Editor: Dedy Herdiana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ahmad Imam Baehaqi
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Perayaan Cap Go Meh di Wihara Dewi Welas Asih merupakan satu-satunya di Wilayah III Cirebon.
Pasalnya, seluruh kelenteng dan wihara memusatkan gelaran Cap Go Meh di Wihara yang berlokasi di Jl Yos Sudarso, Kota Cirebon, itu.
"Perayaan Cap Go Meh di Cirebon harus bisa menjadi destinasti wisata dunia," kata Pjs Wali Kota Cirebon, Dedi Taufikurahman, saat melepas kirab Cap Go Meh di Wihara yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso, Kota Cirebon, Jumat (2/3/2018).
Ia mengatakan, Cap Go Meh di Wihara Dewi Welas Asih sudah masuk dalam kalender wisata tahunan Kota Cirebon.
Baca: Disebut Cantik Palsu karena Unggahan Foto Ini, Dewi Perssik Beri Balasan Menohok
Bahkan, menurut Dedi, perayaan Cap Go Meh itu harus menjadi destinasi wisata dunia dan kebanggaan masyarakat Kota Cirebon.
Masyarakat dan pemerintah berkewajiban menjaga budaya keberagaman yang ada di Kota Cirebon.
Namun, diperlukan pula ekspansi budaya untuk mengenalkannya kepada masyarakat dunia.
Detik-detik Tubuh Adik Olla Ramlan Hampir Tergilas Mobil Saat Syuting, Banyak yang Teriak Histeris https://t.co/TbUh7ht5pW via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 2, 2018
"Budaya kalau sudah ekspansi akan memiliki nilai. Bukan tidak mungkin Cap Go Meh ini jadi tujuan wisata dunia," ujar Dedi Taufikurahman.
Ditemui di tempat yang sama, anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Cirebon, Yohannes Muryadi, mengatakan Cap Go Meh di Wihara Dewi Welas Asih merupakan satu even budaya sebagai tanda keberagaman di Kota Cirebon.
Pasalnya, acara itu tidak hanya dirayakan oleh etnis Tionghoa, namun seluruh lapisan masyarakat dari Cirebon dan sekitarnya turut memeriahkannya.
"Ini jadi satu bukti bahwa Indonesia, khususnya Kota Cirebon tidak mudah dipecah belah," kata Yohannes Muryadi.
"Cap Go Meh milik masyarakat dari agama dan etnis manapun," ujar Romo Junawi, Pembina Umat di Wihara Dewi Welas Asih.
Ribuan warga memadati sisi kanan dan kiri jalan yang dilalui arak-arakan Cap Go Meh.
Setelah Marbut Uyu Ruhyana Berikan Pengakuan di Depan Kapolda Jabar, Ini yang Dialaminya Sekarang! https://t.co/VlJOfiD8L2 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) March 2, 2018
Tak sedikit pengunjung yang mengabadikan momen itu menggunakan kamera ponselnya.
Sedikitnya ada 16 patung dewa diarak menggunakan tandu merah.
Tandu itu dihiasi dengan pita, bendera dan bunga warna-warni.
Sementara patung dewa tersebut tampak dipasangi rangkaian bunga.
Saat diarak, sesekali para peserta terlihat menggoyang-goyangkan tandu itu.
Teriakan yel-yel seolah membuat mereka tampak semangat, meski cuaca tengah terik-teriknya.
Selain mengarak puluhan joli, penampilan drum band, barongsai, dan naga liong menambah kemeriahan acara tersebut.
Arak-arakan Cap Go Meh itu dimulai kira-kira pukul 14.30 WIB - 16.45 WIB.
Kirab Cap Go Meh dimulai dari Wihara Dewi Welas Asih - Jl Pasuketan - Jl Pekiringan - Jl Prujakan - Jl Sukalila Selatan - Jl Karanggetas - Jl Panjunan - Jl Jagabayan - Jl Winaon - Jl Kanoman - Jl Talang - Jl Kebumen - Jl Yos Sudarso - kembali ke Wihara Dewi Welas Asih. (*)