Banjir di Bandung

10 Murid SDN Dayeuhkolot 7 Tetap Bersemangat Ikuti 'Try Out'

Berkali-kali pihaknya mengajukan bantuan untuk renovasi sekolah tapi belum juga ditanggapi.

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribun Jabar/Mumu Mujahidin
Anak-anak murid kelas VI SDN Dayeuhkolot VII melewati banjir di Dayeuhkolot saat selesai belajar, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Selasa (27/2/2018). 

"Harusnya jadwal Try Out itu Senin kemarin, namun karena dari hari Jumat sudah tidak efektif belajar jadinya, kami masih melakukan persiapan," katanya.

Pihak sekolah tidak bisa menggelar Try Out karena kondisi sekolah masih terendam air.

Selain itu masih banyak murid kelas VI yang tidak dapat masuk sekolah di ruang pengungsian karena mereka masih berada di posko darurat tempat para orangtuanya mengungsi.

"Setiap banjir pasti seperti ini, jadi anak-anak sudah biasa," ujarnya.

Tuti menuturkan, tempat pengungsian tersebut merupakan rumah kosong warga setempat yang sengaja digunakan secara sukarela kepada pihak sekolah untuk dijadikan tempat belajar jika sekolah mereka terendam banjir.

Meski besar rumah kosong tersebut sudah tampak tua dan kondisinya sangat mengkhawatirkan.

"Selain SDN VII ada juga SDN X yang sama nasibnya seperti kami. Harus mengungsi di rumah warga jika terjadi banjir," katanya.

Ridwan Ferdiansyah (12) murid kelas VI mengaku baru belajar atau pergi sekolah hari ini. Karena selama lima hari kemarin rumahnya di Kampung Mulyasari Baleendah kebanjiran.

Air masuk ke dalam rumahnya hingga satu meter lebih.

"Baru sekarang sekolah karena kemarin kebanjiran di rumah segini, (menunjuk dada), kalau sekarang mah sudah segini (menunjuk lutut) dan sekolah juga pasti kebanjiran," katanya di rumah sang guru.

Sudah sejak 6 tahun lalu Ridwan dan kawan-kawannya mengalami yang sama.

Sepanjang itu pula tidak pernah ada solusi yang coba ditawarkan pemerintah melalui Dinas Pendidikan.

Ridwan dan kawan-kawannya termasuk para guru hanya dapat pasrah menunggu.

"Iya bosen, tapi mau bagaimana lagi. Mau pindah sekolah di deket rumah juga sama kebanjiran. Mau pindah ke yang aman juga mahal harus pakai ongkos," katanya.

Setiap hari Ridwan berangkat ke sekolah bersama teman-temannya menggunakan angkot.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved