Warga Cipanas Geram dengan Pengembang, Izinnya Bangun Vila Malah Keruk Pasir

"Main keruk saja, meskipun ada petani yang sedang di kebun alat berat tetap bekerja," kata Dede.

Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Ravianto
ferri amiril/tribun jabar
Aktivitas pengerukan pasir di Kampung Tegalega RT 01/09, Desa Palasari, Kecamatan Cipanas. Kepala desa menyatakan pengembang awalnya minta ijin mendirikan vila namun malah mengeruk pasir. 

TRIBUNJABAR.CO.ID, CIANJUR - Warga Kampung Tegalega RT 01/09, Desa Palasari, Kecamatan Cipanas, geram dengan aktivitas galian pasir yang diduga ilegal karena semula warga menyetujui pembangunan lahan seluas 9,5 hektare tersebut untuk pembangunan vila.

Saking geramnya dengan tindakan pengembang yang arogan, warga membuat surat untuk Presiden Joko Widodo karena ada aktivitas perusakan alam seluas 9,6 hektare di wilayah Puncak Cianjur.

"Sudah hampir sepuluh bulan berjalan pak, kami mengizinkan semula karena untuk vila, tapi sampai saat ini pasirnya terus dikeruk," ujar Dede Sopandi (29) warga setempat yang juga aktivis lingkungan, ditemui di Cipanas, Rabu (21/2).

Dede mengatakan sikap arogansi pengembang terlihat saat tak ada komunikasi terlebih dahulu dengan warga perihal pengerukan lahan yang masih ada tanaman sayuran milik warga.

"Main keruk saja, meskipun ada petani yang sedang di kebun, alat berat tetap bekerja," kata Dede.

Baca: Kronologi Mak Cicih Digugat Rp 1,6 Miliar oleh 4 Anaknya: Semua Sudah Kebagian Warisan tapi Dijual

Baca: Bu Dendy Akhirnya Berdamai dengan Pelakor

Dede mengatakan, saat ini konflik berkepanjangan mulai muncul di kalangan warga.

Ada yang pro karena ada penghasilan tambahan dari kegiatan tersebut ada juga yang kontra karena sangat merusak lingkungan.

"Satu atap pun masih ada yang bersitegang, namun belakangan mulai kompak menolak, mungkin banyak negatifnya yang dirasakan warga," kata Dede.

Dede prihatin dengan keluar masuknya kendaraan besar karena sangat dekat dengan lingkungan sekolah dan cukup membahayakan.

"Coba ke sini pagi hari, pas masuk sekolah di mana rombongan pelajar harus menepi, demikian juga ketika mereka istirahat jajan," ujarnya.

Asep Rahmat (43), seorang warga lainnya mengatakan luapan dan curhatan warga tak ada yang mendengar, hal itu terlihat dari masih beraktivitasnya galian pasir tersebut.

"Sehari ada sekitar 50 truk mengangkut pasir, operasional sudah 10 bulan, kami juga sudah laporan ke presiden," katanya.

Kepala Desa Palasari Jaya Buntuan mengatakan, pihaknya juga hanya merekomendasi pembangunan vila dan cottage, bukan untuk galian C.

"Memang sebagian izin sudah keluar, menurut saya ada limbah yang diperjualbelikan kenyataannya digali terus.
Keberatan kami menyangkut jalan, karena jalan desa mulai rusak," katanya.

Ia mengatakan hanya mengizinkan truk untuk jalan berkapasitas tiga ton, namun pada kenyataannya dipergunakan 12 ton lebih. Hal tersebut mbuat pagar masyarakat jadi miring.

"Musim hujan jadi banjir, ada tiga sekolah di dekat lokasi, kalau tak ada masalah tak akan saya tanyakan tapi anak anak sekolah merasa ketakutan karena banyak mobil besar lewat," ujarnya.(fam)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved