Kecelakaan di Tanjakan Emen

Ada Penumpang yang Ingin Laju Bus Dipercepat saat Turunan, Padahal Sebelumnya Pelan

Namun, upaya itu gagal. Bus yang dikendarai Amiruddin justru menyeruduk sepeda motor dan terbalik di turunan Emen.

Editor: Ravianto
Istimewa
Sebuah bus pariwisata mengalami kecelakaan di tanjakan Emen Subang, Sabtu (10/2/2018). Diberitakan sebanyak 10 orang meninggal dunia. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Yanuar Nurcholis Majid

TRIBUNJABAR.ID, PAMULANG - Kartono, adik korban selamat Supriono membeberkan upaya sopir bus, Amiruddin menghindari kecelakaan maut di turunan Emen, Subang, Jawa Barat.

Sebelum kecelakaan maut terjadi, sopir Amiruddin mengendarai bus bernomor polisi F 7959 AA secara zig zag. Beberapa kali Amiruddin mendekatkan bodi bus ke tebing turunan Emen.

"Penumpang itu, ibu-ibu pada histeris, iya teriak pas tau mobil enggak bisa direm," ujar Kartono saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan, Senin (12/2/2018).

Menurutnya, bus yang membawa rombongan anggota koperasi Simpan Pinjam Pratama Ciputat, semula berjalan perlahan.

Baca: Penyerang Gereja St Lidwina Pernah Bikin Paspor Suriah tapi Gagal

Baca: Kabid Humas Polda DIY Sebut Penyerangan di Gereja St Lidwina Hanya Penganiayaan, Netizen: Jadi Apa?

Seorang penumpang tiba-tiba meminta sopir untuk mempercepat laju kendaraan lantaran ingin segera istirahat di rumah.

"Itu bus tadinya jalannya pelan, lalu kenceng, lama-lama kok makin kenceng," ucap Kartono seraya mengulang perkataan dari saudaranya.

Kecelakaan maut tersebut merenggut 27 nyawa. Amiruddin yang belakangan diketahui beralamat di Bogor itu dikabarkan tidak mengalami luka serius

Dari 27 orang tersebut, satu di antaranya diduga pengendara motor yang juga ikut menjadi korban dalam insiden kecelakaan maut yang terjadi pada Sabtu (10/2/2018) sore itu.

Polisi berhasil mengungkap fakta baru yang diperoleh dari Amiruddin.

Rupanya Amirudin sudah mengetahui jika kondisi kendaraannya dalam keadaan tidak normal.

Dilansir dari Tribun Jabar, Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Prahoro Tri Wahyono mengatakan, berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara, kecelakaan ini disebabkan bus bernomor polisi F 7959 AA itu mengalami rem blong.

Amir mengaku sudah menyampaikan ke pihak manajemen PO (Perusahaan Otobus Premium Passion), terkait masalah rem tersebut.

Baca: Sakit Hati Dipecat dari Pekerjaannya, Dadang Malah Sebar Teror di Kelenteng Kwanteekoen Karawang

Amir sempat menghentikan bus di sebuah rumah makan untuk mengecek kendaraan.

"Sang sopir sudah menyampaikan minta ganti mobil karena merasa sudah ada masalah di rem bus tersebut," ujar Prahoro.

Namun, berdasarkan keterangan Amir kepada penyidik kepolisian, keluhannya itu tidak mendapatkan respon dari pihak manajemen.

"Tapi tak direspon oleh manajemen. Terus mekaniknya menyampaikan itu bisa diakali. Ternyata ada kebocoran di selangnya," ujarnya.

Keterangan itu, akan didalami pihak kepolisian.

Pihak manajemen akan dipanggil untuk dimintai keterangan.

"Yah nanti kita periksa semuanya siapa saja kemungkinan jadi tersangka. Sopir sudah dimintai keterangan dan statusnya tersangka," ujar Prahoro.

Menurut Prahoro, sang sopir mengatakan, tak ada masalah saat memberangkatkan bus sampai ke Lembang.

"Tidak masalah pas berangkat. Masalahnya ada di Lembang mau balik. Kondisinya dari titik keberangkatan ke lokasi kejadian itu turunan sepanjang dua kilometer," ujar Prahoro.

Buang Rokok
Lokasi kecelakaan bus pariwisata di Jalan Raya Bandung-Subang, Kampung Cicenang, Ciater, Subang, Jawa Barat, atau Tanjakan Emen, Sabtu (10/2/2018) pukul 17.00 WIB menyimpan sejuta misteri di dalamnya.

Kisah soal sosok Emen yang selama ini disebut-sebut menjadi awalan pembuka mitos mistis di lokasi tersebut.

Melansir Tribun Jabar, mitos mistis tersebut kerap dikait-kaitkan dengan rentetan kecelakaan yang terjadi di jalur tersebut.


Jika dari arah Subang disebut tanjakan Emen, dari Bandung disebut turunan Emen.

Mitos mistis itu kemudian melahirkan tradisi. Warga melintas membuang rokok di sepanjang jalan turunan atau tanjakan Emen.

Tradisi itu kata Dedi (45) warga Kampung Cicenang, Desa Ciater, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu.

"Sudah dari dulu tradisi itu mah," ujarnya.

Persis di lokasi kejadian tabrakan, Tribun Jabar melihat langsung seorang perempuan dibonceng di sepeda motor yang ‎melemparkan sebatang rokok.

Setelah dibuang, bibir perempuan tersebut tampak membaca sesuatu kemudian berlalu.

Saat dicek, rokok yang dibuangnya berupa rokok putih.

Tribun Jabar menyusuri pinggiran lokasi kejadian. Tampak sejumlah rokok baru bertebaran. Sedikitnya ada lima hingga tujuh batang rokok baru atau tidak ada bekas dibakar.

Dedi mengatakan, tradisi membuang rokok yang konon katanya untuk buang sial itu masih dilakukan hingga saat ini.

"Di sepanjang turunan saja dari Tangkuban Perahu sampai Kampung Aster. Kadang kalau rokoknya masih bagus kami ambil, kalau dikumpulkan bisa dapat satu bungkus," ujar Dedi.

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved