Kisah Para Pengemis di Bali, Ada yang Miliki Tujuh Motor dan Satu Mobil
Ia kerap mangkal di kawasan di persimpangan Jalan Imam Bonjol - Jalan Teuku Umar, Denpasar.
Baca: Pemerintah Berencana Potong Gaji PNS untuk Zakat, Ketum PP Pemuda Muhammadiyah: Itu Zalim
Baca: Persija Jakarta dan Bali United Diijinkan Punya Lima Pemain Asing, Klub Lain Cukup Empat
Para pengemis di Denpasar itu, jelas dia, kebanyakan menggunakan modus pura-pura cacat atau pura-pura mengalami gangguan mental saat beroperasi.
"Mereka kebanyakan pura-pura invalid atau cacat gitu. Kami kan sempat mengecek. Ini juga karena ada pengalaman yang sama di daerah-daerah seperti yang ditayangkan di TV," kata Anom Sayoga kepada Tribun Bali.
Benang Kusut
Sementara itu, Luh Putu Anggreni dari Yayasan Lentera Anak Bali (YLAB) mengatakan bahwa mengentas kehidupan gelandangan dan pengemis (gepeng) seperti mengurai benang kusut. Rumit dan tidak mudah.
Berdasarkan pengalaman YLAB, ucap Anggreni, penanganan pengemis dengan cara `tangkap dan dipulangkan` terbukti tidak menyelesaikan masalah.
“Untuk pengemis dari Bali, biasanya mereka berasal dari daerah Gunung Munti dan Pedahan, itu di gunung banget di Karangasem. Para pengemis itu diantar-jemput untuk beroperasi di kota. Pernah kami ikuti mereka saat dijemput keluarganya, ternyata motor penjemputnya lebih bagus daripada motor kami. Keluaran baru pokoknya,” tutur Anggreni, yang juga Ketua Harian Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar.
Hasil pantauan YLABI ke kantong-kantong permukiman mereka di tempat asalnya, kebanyakan sudah bisa beli motor.
Mereka hitung-hitungan hidup di Denpasar. Bayar sewa kos Rp 350 ribu, bayar cicilan motor dan lain-lain.
Mereka rata-rata menikah muda, dan anak-anaknya nanti juga diajaknya mengemis.
Ketika orang tua mengeksploitasi anak-anaknya dengan alasan kemiskinan kan negara harus turun.
Persoalannya, kan Pemda Bali tidak selesai-selesai ini. Bahkan yayasan kami sempat mengundang pihak-pihak terkait di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Karangasem untuk membicarakan soal gepeng ini.
Waktu itu kami bahkan langsung ke dusun mereka bawa bondres terkenal agar bisa mengedukasi.
Biasanya mereka pulang kalau hari raya. Sekarang bahkan mereka banyak jadi korban paedophilia. Seperti yang kasus dari Afrika Selatan kapan hari.