Kisah Pilu Hansamu, Hidup Sebatang Kara di Tengah Hutan, Begini Cara Dia Bisa Makan

Hasamu terpaksa tinggal di hutan belantara lantaran rumah peninggalan almarhum suaminya dijual anak-anaknya tanpa sepengetahuannya.

Editor: Indan Kurnia Efendi
KOMPAS.Com
Hasamu (70 tahun), nenek sebatangkara yang terpaksa makan singkong di hutan untuk bertahan hidup akhirnya dapat bantuan pondok beserta isinya. 

TRIBUNJABAR.CO.ID - Kisah Hasamu (70), nenek sebatang kara yang bertahan hidup di tengah hutan di Kelurahan Bebanga, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, menuai simpati dari komunitas Paguyuban Sosial Warga Tionghoa di wilayah tersebut.

Pada Jumat (15/12/2017), mereka menyerahkan satu unit pondok beserta bantuan lainnya.

Nenek Hasamu terpaksa tinggal di hutan belantara lantaran rumah peninggalan almarhum suaminya dijual anak-anaknya tanpa sepengetahuannya.

Baca: Hanya 3 Alasan Golkar Cabut Dukungan untuk Ridwan Kamil, Berikut Rinciannya

Selama bertahun-tahun, Nenek Hasamu kemudian memilih tinggal di hutan seorang diri sambil berkebun singkong dan menanam sayuran.

Hasil kebun itulah yang dimakan Hasamu, selain pemberian bantuan beras dari warga yang bersimpati.

Hasamu (70 tahun), nenek sebatangkara yang terpaksa makan singkong di hutan untuk bertahan hidup akhirnya dapat bantuan pondok beserta isinya.
Hasamu (70 tahun), nenek sebatangkara yang terpaksa makan singkong di hutan untuk bertahan hidup akhirnya dapat bantuan pondok beserta isinya. (KOMPAS.Com)

Baca: Momen Haru Melly Goeslaw Sebelum Berangkat ke Palestina: Saudara Palestinaku Memanggil, Doakan

Komunitas Paguyuban Sosial Warga Tionghoa (PSMTI) kemudian mendatangi pondok nenek Hasamu yang terbuat dari ranting kayu dan pelepah nipa. 

Mereka menyerahkan uang tunai, pakaian sembako, serta perlengkapan dapur seperti kompor gas.

Selain itu, mereka menyerahkan satu unit pondokan berukuran 3 X 5 meter agar nenek Hasamu bisa hidup lebih baik.

Hasamu mengaku bahagia atas bantuan tersebut. Ia tak henti-hentinya mengucap syukur dan terima kasih kepada warga Tionghoa yang peduli dengan kondisi kehidupannya.

"Terima kasih, Nak, semoga Tuhan membalasnya yang lebih baik," tutur nenek Hasamu dalam bahasa Mandar.

Charly, Wakil Ketua PSMTI Cabang Mamuju mengaku sangat prihatin melihat kehidupan nenek Hasamau.

Ia kemudian berinisiatif menggalang dana bantuan bersama anggota PSMTI di Mamuju.

"Melihat kondisi kehidupannya yang sangat memprihatinkan membuat kami komunitas Tionghoa di Mamauju terpanggil untuk ikut membantu membangun pondok yang lebih layak untuk nenek Hasamu agar ia bisa tidur lebih nyenyak," ucap Charly.

Sebelumnya, gubuk yang ditinggali nenek Hasamu dibuat sendiri sejak tiga tahun lalu. Kondisinya sangat memprihatinkan.

Gubuk berukuran sekitar 2 X 3 meter ini hanya beratapkan daun nipa yang sudah bocor di sana sini.

Dindingnya terbuat dari pelepah nipa dan anyaman bambu yang juga sudah mulai lapuk.

Meski hidup susah, nenek Hasamu enggan mengemis atau tinggal di rumah warga yang bersedia menampungnya.

Ia mengaku tak ingin menjadi beban hidup orang lain meski dirinya sudah tak mampu untuk bekerja karena faktor usia.

(Kompas.com/Kontributor Polewali, Junaedi)

Berita ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Nenek Sebatang Kara yang Tinggal di Hutan Dapat Bantuan Pondok Beserta Isinya

Sumber: Kompas
Tags
Mamuju
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved