5 Pemain Hingga Manajer yang Lontarkan Kritik Pedas untuk PSSI di Akhir Kompetisi

Kritik-kritik pedas itu menandakan ada yang belum beres pada kompetisi sepakbola dalam negeri.

Tribun Jabar/Ferdyan Adhy Nugraha
Manajer PSPS Riau, Alsitra, pemain serta pelatih PSPS Riau saat sesi jumpa pers pascapertandingan melawan PSIS Semarang di GBLA, Selasa (21/11/2017). 

TRIBUNJABAR.CO.ID- Kompetisi sepakbola Indonesia musim segera berakhir.

Kompetisi tertinggi, Liga 1 2017, sudah berakhir dengan Bhayangkara FC sebagai juara.

Bahkan beberapa tim sudah mulai berbenah untuk musim depan.

Misalnya, Sriwijaya yang sudah merekrut Rahmad Darmawan sebagai pelatih dan Makan Konate sebagai pemain pertama yang direkrut untuk musim berikut.

Namun, pecinta sepakbola Tanah Air masih menantikan beresnya Liga 2 yang baru memasuki babak semifinal.

Terlepas dari itu, ada beberapa sorotan, terutama kritik dari manajer, pelatih, dan pemain yang menjadi perhatian PSSI dan operator di Liga pada musim depan.

Kritik-kritik pedas itu menandakan ada yang belum beres pada kompetisi sepakbola dalam negeri.

Berikut kritik-kritik pedas dari manajer, pelatih, dan pemain soal gelaran Liga dan Liga 2.

Baca: 4 Kereta Tertahan di Stasiun, PT KAI Berusaha Singkirkan Materi Longsor di Rel

Gelar juara yang diraih Bhayangkara FC terbilang penuh kontroversi.

Menjelang Liga berakhir, Bhayangkara FC mendapat 2 poin tambahan setelah dinyatakan menang WO atas Mitra Kukar.

Saat menghadapi Bhayangkara FC yang berakhir 1-1, Naga Mekes memainkan Mohamed Sissoko yang masih menjalani sanksi.

Bali United menjadi pesaing terakhir meraih gelar juara pun dongkol.

Pelatih dan pemain Bali United pun melontarkan kritik pedas.

Sylvano Comvalius

Penyerang Bali United, Sylvano Comvalius, merayakan golnya seusai membobol gawang Sriwijaya FC pada pertandingan Liga 1 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Senin (30/10/2017)
Penyerang Bali United, Sylvano Comvalius, merayakan golnya seusai membobol gawang Sriwijaya FC pada pertandingan Liga 1 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Senin (30/10/2017) (YAN DAULAKA/BOLASPORT.COM)

Top skor Liga 1, Sylvano Comvalius beraksi lewat akun media sosial, Instagram.

Seperti dikutip SuperBall.id dari akun Instagram-nya @, Rabu (8/11/2017) penyerang asal Belanda itu menganggap kompetisi di Indonesia sama halnya dengan sirkus.

"Selamat datang di sirkus. Siapa yang mau melihat keajaiban?," tulisnya.

Irfan Bachdim

Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan pada laga Bali United Melawan Persib Bandung, Kamis (21/9/2017)
Irfan Bachdim dan Kim Jeffrey Kurniawan pada laga Bali United Melawan Persib Bandung, Kamis (21/9/2017) (instagram.com/ibachdim)

Rekan duet Sylvano Comvalius di lini depan Bali United, Irfan Bachdim, pun sempat menyatakan mogok untuk PSSI.

Pemain naturalisasi itu menyatakan keengganannya untuk membela Timnas Indonesia.

"Saya tidak mau main untuk PSSI kalau keputusan mereka seperti ini," ujar Irfan Bachdim di depan pelatih Bali United, Widodo C Putro, dilansir dari Superball.id.

Eko Purdjianto

Asisten pelatih Bali United, Eko Purdjianto.
Asisten pelatih Bali United, Eko Purdjianto. (Superball/Feri Setiawan)

Bahkan, tim pelatih Bali United menilai ada konspirasi di balik keputusan yang dianggap menguntungkan pesaing mereka sekaligus merugikan Serdadu Tridatu.

"Apa ada konspirasi di balik itu?" ujar Eko Purdjianto, asisten pelatih Bali United.

Hanura Soemitro

Manajer Madura United, Haruna Soemitro
Manajer Madura United, Haruna Soemitro (surya/dya ayu)

Manajer Madura United, Hanura Soemitro, melontarkan kritik serupa Eko Purdjianto.

Dilansir BolaSport.com dari jatim.tribunnews.com, dia mengungkap adanya kriminalisasi terhadap Liga 1.

Ia pun berpendapat sama seperti Sylvano Comvalius.

"Ada banyak kriminalisasi dalam liga guyonan ini. Di akhir musim, terjadi kriminalisasi dengan berbagai macam alat entah itu instrumen izin, intelijen, rekomendasi, bahkan yang tragis hari ini wasit asing," kata Haruna Soemitro.

Baca: Sengaja Cari Kartu Kuning, Bek Real Madrid Ini Bisa Dapat Hukuman Tambahan

Komentar itu muncul setelah kekalahan laga Madura United kontra Bhayangkara FC.

Selain kalah, tiga pemaim Madura United mendapat kartu merah dalam laga yang dipimpin Seyed Vahitd Kazem asal Iran.

Tiga pemain Madura United yang dikartu merah tersebut adalah Peter Odemwingie, Fandi Eko, dan Rizky Dwi.

Beberapa kemudian, Haruna Soemitro memang menarik lagi komentarnya yang menyebut Liga 1 sebagai liga guyonan.

Alsitra

Manajer PSPS Riau, Alsitra, pemain serta pelatih PSPS Riau saat sesi jumpa pers pascapertandingan melawan PSIS Semarang di GBLA, Selasa (21/11/2017).
Manajer PSPS Riau, Alsitra, pemain serta pelatih PSPS Riau saat sesi jumpa pers pascapertandingan melawan PSIS Semarang di GBLA, Selasa (21/11/2017). (Tribun Jabar/Ferdyan Adhy Nugraha)

Kritik pedas juga tak hanya terjadi di Liga 1 tapi juga di Liga 2.

Teranyar, Manajer PSPS Riau, Alsitra, menyatakan wasit-wasit masih meminta uang.

"Saya pegang tim dari tahun 1990, penyakit wasit ini-ini saja terus yang saya alami. Dari dulu kalau kami menang dihubungi wasit dimintanya duit, padahal kami tidak pernah ada janji-janji uang," ujar Alsitra.

Ia melontarkan pernyataan itu setelah laga melawan PSIS Semarang yang berkesudahan imbang 1-1 di Stadion GBLA, Selasa (21/11/2017).

Karena kalah selisih gol, PSPS Riau gagal melaju ke semifinal sebaliknya PSIS Semarang membuka peluang ke Liga 1.

Kekecewaan Alsitra karena keputusan wasit yang mengakhir laga sebelum waktu normal habis.

Padahal, saat itu mereka merasa punya peluang mendapat hadiah penalti setelah pemain PSPS Riau dilanggar di kotak penalti PSIS Semarang.

Bahkan, Alsitra mengancam akan membawa timnya pindah ke Liga Singapura.

"Kalau ini tidak digubris oleh PSSI, karena posisi kami di Riau, kami dekat dengan Singapura dan Malaysia, kami akan bermain di Liga Singapura," kata Alsitra. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved