Pemimpin Pemberontak Filipina yang Tewas Gunakan Sandera untuk Melarikan Diri

"Mereka sudah merencanakan itu untuk kembali lari bersama para sandera. Mereka benar-benar merencanakan untuk melarikan diri,

Editor: Ravianto
(RICHELE UMEL / AFP ) /Kompas.com
Sekelompok prajurit Filipina membawa kantung jenazah berisi rekan mereka yang gugur dalam pertempuran di kota Marawi. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau

TRIBUNJABAR.CO.ID, MARAWI - Kepala Angkatan Bersenjata Filipina Jenderal Eduardo Año mengatakan militer ingin menangkap Isnilon Hapilon dan Omar Maute hidup-hidup.

Tetapi yang terjadi kata Año, mereka menolak dan terus berjuang hingga akhirnya tewas tertembus peluru penembak jitu Filipina.

"Mereka yang berusaha melawan untuk pergi keluar ke jalan guna melarikan diri. Bahkan, ada empat kapal yang siap di danau," kata Año, dalam konferensi pers di Marawi Senin (16/10/2017) sore.

Baca: Terlalu Asyik Main Ponsel saat Menuruni Tangga Penyebrangan, Wanita ini Berakhir Tragis

"Mereka sudah merencanakan itu untuk kembali lari bersama para sandera. Mereka benar-benar merencanakan untuk melarikan diri," katanya.

"Omar dan Hapilon berada di antara sembilan jenazah setelah pertempuran yang mulai pukul 2 dan berakhir pada pukul 6 pagi di Senin," tambah Año.

Operasi khusus ini juga berhasil menyelamatkan 22 sandera yang tersisa dari tangan kelompok militan yang sudah tergabung dalam ISIS.

Menurut Año, militer Filipina juga akan menghabisi milian bersenjata yang tersisa, sekitar 30 orang jika mereka tidak menyerah.

Baca: Dituding Tempatkan Anjing Peliharaan di Atas Sajadah, Sophia Latjuba Ngamuk dan Bilang Begini

"Tujuan kami adalah untuk mengakhiri pengepungan, dan memastikan bahwa mereka tidak dapat melarikan diri. Kita akan mengakhiri pengepungan kelompok-kelompok ISIS di sini," katanya.

Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana mengatakan Angkatan Bersenjata Filipina akan memastikan untuk mengakhiri pengaruh ISIS di Marawi.

Pemerintah juga akan memastikan bahwa ideologi itu telah diberantas dari akarnya.

"Kami telah berbicara dengan para imam dan mereka setuju untuk bekerja sama sehingga kami dapat melawan ideologi asing ini. Kita akan mulai di madrasah dan bersama masyarakat," katanya.

Año mengatakan pembunuhan kedua pemimpin ini juga mendorong semangat para prajurit.

"Saya telah mengunjungi mereka dan mereka lega dan gembira. Mereka sangat bahagia untuk prestasi tersebut," ucapnya.

Kematian Hapilon membawa angin segar untuk mengakhiri pengepungan empat bulan di Marawi--pertempuran yang telah memakan korban jiwa lebih dari 1.000 orang. (Inquirer/AFP/AP)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved