Hati-hati! Makan Mi Ekstra Pedas Ternyata Dapat Menyebabkan Tuli Sementara, Begini Penjelasannya
Tahun lalu, Ben Sumadiwiria memicu perbincangan hangat di dunia maya setelah menyantap mi instan dengan 100 cabe. Dalam aksinya yang direkam video,...
TRIBUNJABAR.CO.ID - Tahun lalu, Ben Sumadiwiria memicu perbincangan hangat di dunia maya setelah menyantap mi instan dengan 100 cabe.
Dalam aksinya yang direkam video, ia terlihat tak kuat menahan rasa pedas dan pada akhirnya berteriak, "Saya tak bisa mendengar apa-apa."
Sains mengungkap, tuli akibat makanan pedas bukan mitos.
Seakan Tak Takut Kasus Pedofil, Ayu Ting Ting Kena Hujat Karena Unggah Foto Anaknya Sedang Begini https://t.co/qGj8QSz6iL via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 21, 2017
Ketulian biasanya berlangsung sementara dan terjadi karena senyawa pemicu sensasi panas yang disebut capsaicin.
Capsaicin memicu iritasi pada sel manusia, terutama yang terletak di membran mulut, tenggorokan, lambung dan mata.
Dalam jumlah sedikit, capsaicin akan memicu sensasi terbakar atau rasa pedas.
Ketika jumlahnya semakin banyak, capsaicin memicu sekresi ingus dan air mata.
Baca: Hasil Pertandingan Lawan Persegres Berhasil Menaikkan Posisi Persib di Klasemen Liga 1
Tuli sementara saat makan makanan pedas bisa dipicu oleh sumbatan ingus pada saluran eustachius, saluran yang menghubungkan tenggorokan dengan telinga.
Michael Goldrich, pakar telinga dari Robert Wood Johnson University Hospital di New Jersey mengatakan, sensasi tuli sementara itu sebenarnya mirip dengan "bindeng" saat flu.
Hanya saja, sumbatan ingus lebih banyak sehingga tak hanya "bindeng" tetapi tuli.
Setelah Kasus Bendera Indonesia Terbalik, Timnas Indonesia U-22 Hanya Dapat Makanan Sisa di Hotel https://t.co/eOccmXoKN5 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) August 21, 2017
Kemungkinan lain, tuli sementara disebabkan oleh stimulus berlebihan pada saraf trigeminal, saraf pada bagian mulut dan wajah yang berhubungan dengan saraf koklea di telinga.
"Itu menyebabkan perubahan aliran darah di bagian koklea sehingga berakibat pada hilangnya pendengaran sementara," ungkap Sam Marzo, kepala Department of Otolaryngology di Loyola Medicine, seperti dikutip Livescience, 11 Agustus 2017.