Kalah di Cimahi, Dua Siswa Ini Berjaya di Kontes Robot Internasional di Jepang

Kedua siswa kelas XII Mekatronika di SMKN 2 Cimahi ini berhasil menciptakan sebuah robot teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan masyarakat banyak

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Tribun Jabar/Zelphi
Firman Dwiansyah (18) dan Muftie Insani (17). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin

TRIBUNJABAR.CO.ID, BANDUNG- Sempat kalah pada ajang robotik lokal di Kota Cimahi, dua pemuda ini justru mendapat special award pada ajang robotik Nasional.

Bahkan, kedua pemuda ini berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah robotik Internasional setelah naik podium sebagai juara tiga kategori Food and Agriculture dan berhasil meraih Special Award Leading Creative Inovation dari Pemerintah Tiongkok pada ajang International Exhibition for Young Invention (IEYI) 2017 di Nagoya, Aichi, Jepang minggu lalu.

Adalah Botani (Robot pembantu Petani) atau The Booth Farmer sebuah mesin micro controller temperature yang membawa Firman Dwiansyah (18) dan Muftie Insani (17) sehingga disejajarkan dengan inovator-inovator muda di kawasan Asia bahkan di dunia internasional.

Kedua siswa kelas XII Mekatronika di SMKN 2 Cimahi ini berhasil menciptakan sebuah robot teknologi tepat guna yang bisa dimanfaatkan masyarakat banyak.


Biaya operasionalnya yang sangat murah dan terjangkau khususnya bagi petani jamur dan anggrek.

Rasa lelah tergambar jelas di wajah ke dua pemuda ini, saat ditemui di SMKN 2 Cimahi di Jalan Kamarung, Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Selasa (1/8/2017).

Kulit wajah Muftie Insani tampak sedikit pucat dan kuyu dengan mata sedikit memerah.

Begitupun kondisi Firman Dwiansyah.

Maklum, kedua pemuda ini baru saja melakukan berjam-jam perjalan udara dari Jepang menuju Indonesia.

"Kami tiba di Indonesia jam 3 subuh dan langsung dijemput kepala sekolah di Jakarta. Kami baru tidur 2 jam, jadi masih jet lag," ujar Muftie Insani dengan nada bercanda.

Meski demikian Firman Dwiansyah dan Muftie Insani, tampak sangat semangat saat membongkar tas perlengkapan robot mereka yang dibawa dari Jepang di depan wartawan.

Satu per satu peralatan mereka keluarkan dengan hati-hati.

Kemudian kedua pemuda ini kembali fokus menyusun prototype Botani yang mereka pasang pada miniatur greenhouse berbahan kayu berukuran sekitar 50x50 cm.

Sekitar satu jam lamanya, mereka menyusun prototype Botani di depan wartawan sambil didampingi langsung guru pembimbing Kusman Subarja dan Kepala Sekolah SMKN 2 Moelyono.

Muftie Insani menjelaskan Robot Botani dapat mengkondisikan dan menjaga suhu serta kelembapan suatu ruangan, agar tetap optimal dan stabil.

Botani ini memiliki sistem kerja otomatis karena menggunakan supply tegangan dan sensor suhu DHT 22. Botani ini juga dibuat menggunakan program Arduino (software) di dalamnya.

"Secara aktual robot ini bisa menyeting angka suhu dan kelembapan ruangan secara otomatis maupun bisa juga diseting secara manual tergantung kebutuhan," katanya.


Robot ini bisa dimanfaatkan oleh petani jamur dan bunga anggrek yang pada pertumbuhannya memerlukan kondisi dan temperatur suhu tertentu. Dapat dipasang pada sebuah greenhouse atau kubung jamur dan bunga.

Alat ini bisa menyemprotkan air secara otomatis jika kelembapan dalam ruangan berkurang.

Ada pemasangan spuyer (mesin semprot) pada titik-titik tertentu.

Secara otomatis alat ini juga akan membuka jendela serta menarik udara dari dalam ruangan melalui mesin blower atau kipas yang sudah dipasang sebelumnya.

"Alat ini bisa membantu meringankan beban kerja dan biaya operasional petani jamur atau bunga. Selain mampu mengatur suhu dan kelembaban, alat ini juga bisa dipakai menyiram dan menyemprot obat. Selama ini dalam perawatan petani menggunakan alat yang cukup mahal dan lama pengerjaannya," kata kedua keduanya.

Ide pembuatan Robot Botani ini datang pada saat Muftie dan Firman mengamati petani yang ada di lingkungan sekitar rumah mereka di Cisarua dan Cimahi.

Banyaknya petani jamur dan bunga di wilayah Bandung Utara memotivasi mereka untuk menciptakan alat yang bisa meringankan beban biaya produksi tapi bisa meningkatkan produksi dan berdampak pada peningkatan perekonomian petani lokal.

Berbekal ilmu elektronika yang dipelajari di sekolah dan kecintaan pada dunia robotik yang dipelajari melalui kegiatan ektrakulikuler, mereka berhasil menciptakan teknologi tepat guna bagi petani, terutama untuk petani jamur dan anggrek.

Firman Dwiansyah dan Muftie Insani berangkat pada Senin (25/7/2017) bersama tim pelajar lainnya dari Bali, Yogyakarta, Cilacap, Semarang, dan Jakarta.

Tim Indonesia harus bersaing dengan 15 negara Asia di antaranya Jepang, China, Thailand, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan lain-lain serta dua peserta dari negara Rusia dan Italia pada 27-30 Juli lalu.

Untuk lolos pada ajang robotik internasional ini, Firman Dwiansyah dan Muftie Insani harus berjuang keras.
Sebelum masuk menjadi tim Indonesia, mereka harus mengalahkan ratusan peserta lainnya ada 1.000 proposal yang masuk ke LIPI kemudian diseleksi dan ditentukan 30 besar.

"Kita sempat mendapat special award dari Perhimpunan Biologi Indonesia kemudian kami direkomendasikan untuk ikut lomba ke Jepang. Alhamdulillah tidak sia-sia, kami dapat menang meski belum juara satu," kata Firman.

Mereka mempersiapkan diri selama dua bulan.

Bulan pertama mereka melakukan untuk eksperimen dan sebulan selanjutnya dimanfaatkan mereka untuk finishing.
"Cukup sulit karena eksperimen selalu berubah-ubah. Tanaman kadang tumbuh dengan baik kadang tumbuh lambat. Untuk alat juga kami cukup kesulitan untuk high pressure booster pump (mesin pompa) kami dapat dari Manado," ujar Firman Dwiansyah.

Firman Dwiansyah dan Muftie Insani patut bangga karena dapat mewakili sekolah sekaligus Indonesia di kancah robotik Internasional sehingga mengharumkan nama Indonesia di sana bersama tim lainnya.

"Sempat kaget karena para peserta membuat alatnya lebih bagus dari kami tapi itu suatu pemicu bagi kami untuk bisa lebih maju lagi," ujar Firman yang bercita-cita sebagai insinyur ini.

Pada kategori Food and Agreculture, tim Indinesia harus mengakui keunggulan tim Thailand yang menciptakan robot potong pada tanaman duri secara otomatis pada posisi pertama.


Tim dari Hongkong yang menciptakan robot pemetik buah otomatis di posisi ke dua.

Muftie Insani mengakui robot yang diciptakannya bersama Firman Dwiansyah masih punya kelemahan, yakni baru dimanfaatkan jenis tanaman tertentu yang dalam masa pertumbuhannya memerlukan suhu serta kelembapan seperti jamur dan anggrek.

"Kami ingin alat ini paling tidak bisa bermanfaat untuk masyarakat terutama bagi petani bunga dan jamur. Bisa meningkatkan hasil panen sehingga meningkatkan penghasilan mereka," kata Muftie Insani

Sebelum diproduksi secara massal mereka berdua ingin mengurus hak paten Botani sebagai robot ciptaan mereka.
Sebelumnya, mereka juga akan memasang robot tersebut di greenhouse sekolah mereka sebagai percobaan dan ajang promosi pada masyarakat banyak. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved