Bukan Kelelahan, Ini Penyebab Utama Dokter Stefanus Taofik Meninggal Saat Piket Lebaran

Penyebab kematian dokter Stefanus Taofik ternyata bukan karena kelelahan. Sebelumnya, Stefanus dikabarkan meninggal saat jaga piket di 3 rumah sakit

Penulis: Amalia Qisthyana Amsha | Editor: Amalia Qisthyana Amsha
twitter @blogdokter
Stefanus Taofik, SpAn 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Amalia Qisthyana

TRIBUNJABAR.CO.ID - Kabar meninggalnya seorang dokter saat melaksanakan tugas jaga empat hari berturut-turut sempat jadi perbincangan publik.

Dokter anestesi bernama Stefanus Taofik SpAn meninggal dunia secara mendadak di Ruang ICU Rumah Sakit Pondok Indah, Selasa (27/6/2017).

Kabar duka ini bermula dari postingan akun twitter @blogdokter pada Selasa malam.

Baca: Ada Dokter Meninggal saat Piket Lebaran, DPR Minta Paramedis Cuti Bergantian

Di postingan akun @blogdokter tertulis "Seorang dokter spesialis anestesi hrs meregang nyawa karena jaga 4 hari berturut2 di 3 RS utk memberi kesempatan seniornya berlebaran. #RIP"

Sebelumnya, kabar meninggalnya dokter Stefanus Taofik akibat kelelahan karena piket lebaran selama lima hari berturut-turut di tiga rumah sakit berbeda.

Namun, Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), dr Kuntjoro Adi Purjanto melalui keterangan tertulis mengatakan Taofik meninggal dunia bukan karena kelelahan.

"Kematian dokter Stefanus Taofik, dokter anestesi yang dilaporkan meninggal dunia saat piket lebaran, bukan disebabkan kelelahan akibat beban kerja atau overworked," katanya seperti dikutip dari Kompas.com.

Ia juga menjelaskan, saat piket lebaran Taofik tidak melakukan tugas yang terlalu berat.

"Pihak RS menjelaskan, Stefanus menangani satu pasien di ICU, dan satu pasien operasi sedang, pada saat bertugas tanggal 24 sampai 25 Juni," lanjut dia.

Baca: Tragis, Dokter asal NTT Tewas di Kamar Jaga Setelah Lima Hari Berturut-turut Bertugas

Mendiang dokter yang berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Timur ini diduga mengidap penyakit Brugada Syndrome.

Hal itu diungkapkan oleh Ketua Program Studi SP2 dari Divisi Anestesia Ambulatori dan Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Arif HM Marsaban SpAn-KAP dalam keterangan tertulisnya seperti dimuat Warta Kota.

Penyakit ini merupakan penyakit kelainan genetik yang menyerang pembuluh darah di koroner.

Dokter Arif HM Marsaban menambahkan, Brugada Syndrome bisa menyebabkan kematian mendadak pada penderitanya.

"Kelainan ini terbanyak dialami laki-laki dan menyebabkan kematian mendadak, terutama saat tidur," katanya.

Dokter Stefanus Taofik meninggal di usia 35 tahun dan meninggalkan seorang istri dan putra berusia dua tahun.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved