Masuk Wilayah Ekuator, Indonesia Sasaran Negara Asing

Dikatakan Gatot, ada tiga wilayah yang masuk kawasan ekuator, yaitu, Asean, Afrika Tengah, dan Amerika Tengah

Penulis: cis | Editor: Dedy Herdiana
KOMPAS.com / Nabilla Tashandra
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo 

Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S

BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menyebut, konflik kepentingan akan akan bergeser pada 2043. Hal itu dipicu adanya krisis energi, krisis ekonomi, krisis pangan, dan krisis lainnya.

Menurutnya, konflik akan bergeser ke negara di wilayah ekuator. Sebab wilayah ekuator bisa memenuhi kebutuhan negara di luar wilayah ekuator yang akan paling merasakan krisis-krisis tersebut.

"Bicara energi hayati, tidak lepas dari katulistiwa, karena di katulisitwa kita bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Contoh pohon akasia, kalau enam tahun bisa dipanen untuk kertas enam tahun. Di Eropa, pohon akasia butuh 12 tahun, karena ada masa tidur tiap tahunnya," kata Gatot di Aula Graha Sanusi Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Rabu (23/11/2016).

Dikatakan Gatot, ada tiga wilayah yang masuk kawasan ekuator, yaitu, Asean, Afrika Tengah, dan Amerika Tengah. Menurutnya, 9,8 miliar penduduk di luar kawasan ekuator akan mencair makan, energi, dan air di wilayah ekuaotor pada 2043.

"Bayangkan presiden di luar ekuator, menghadapi 27 tahun lagi ketika krisis pangan dan energi, dan melhat Indonesia harapan masa depan. Maka menguasai Indonesia itu salah satu caranya. Caranya melakukan rekayasa sosial, bentuk opini, dan buat kegaduhan. Cara paling muda membeli dan menguasai media massa," kata Gatot.

Gatot mengatakan, hal ancaman itu pun sudah terasa di Indonesia saat ini. Satu di antaranya penayangan berita yang mengekpos konflik dan darah di televisi di jam-jam prime time beberapa tahun lalu.

Hal itu untuk merekayasa psikologi pemirsanya agar tak lagi merasa risih dengan konflik dan darah. Alhasil terjadi peristiwa Ambon, Poso, dan lainnya kaena terbiasa melihat darah dan konflik.

"Selain itu mencari dan menciptakan kader potensial yang dapa dikendalikan (negara) asing. Menciptakan benturan antarlembaga penegak hukum serta menimbulkan konflik, memecah parpol," kata

Belum lagi, kata Gatot, melakukan investasi besar dengan menjadikan Indonesia sebagai pasar. Buktinya, kata dia, benda yang dipakai masyarakat Indonesia mulai dari kacamata, ponsel, jam, dasi, gelang, dan lainnya itu pasti salah satunya merupakan produk asing.

"Menghancurkan generasi muda menjadi konsumtif, dan menyuap pembuat UU. Ini dilakukan presiden di luar Indonesia yang ingin menguasai indonesia karena kita sangat kaya. Karena 9,8 miliar jiwa berkompetisi mencari pangan dan energi air dan ekonomi. Ini sebenarnaya yang harus kita waspadai," kata Gatot. (cis)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved