BTN Biayai Pembangunan 100 Ribu Homestay dan 50 Ribu Toilet Publik
Syaratnya, desain rumah atau homestay itu harus mengikuti tradisi dan budaya arsitektur lokal
JAKARTA, TRIBUNJABAR.CO.ID - PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan membiayai pembangunan 100.000 homestay di destinasi pariwisata pilihan di Indonesia. BTN juga akan mendukung pembiayaan bagi pembangunan 50.000 sarana toilet publik. Hal itu dituangkan dalam peresmian perjanjian kerja sama antara Bank BTN bersama Menteri Pariwisata serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kamis (28/4).
"Ini merupakan dukungan BTN pada pengembangan pariwisata Indonesia. Selain itu, langkah ini sekaligus upaya korporasi dalam rangka pemenuhan program sejuta rumah tahun 2016," ujar Direktur Utama BTN Maryono, dalam rilisnya, Jumat (29/4).
Mandalika, Labuan Bajo, Pulau Morotasi, Tanjung Kalayang, Danau Toba, Wakatobi, Gunung Bromo, Candi Borobudur, Pantai Tanjung Lesung dan Kepulauan Seribu, yang ditetapkan menjadi destinasi utama dijadikan kawasan prioritas pembangunan homestay dan sarana toilet publik.
Menurut Maryono, fasilitas pariwisata yang mumpuni menjadi sumber masuk wisatawan ke Indonesia. Ini juga akan menjadi sumber devisa yang sangat tinggi untuk negara. "Banyak hal yang dapat dikembangkan untuk bagaimana kami ikut berperan di dalam pengembangan pariwisata itu," ujarnya.
Apresiasi pun dilayangkan Kementerian Pariwisata. Lewat Sekretaris Menteri Pariwisata, Ukus Kuswara, Kemenpar akan terus konsisten membangun Indonesia lewat dunia pariwisata. "Kami memberikan apresiasi kepada BTN dan Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat yang ikut berpartisipasi mengembangkan pariwisata Indonesia di mata dunia. Semangatnya sangat bagus. Membangun pariwisata melalui rumah sesuai dengan kompetensi Bank BTN," ujar Ukus.
Seperti diketahui, Menpar Arief Yahya, sudah mendapat green light dari Presiden Joko Widodo saat kunker ke Danau Toba lalu. Dari 1 juta program perumahan rakyat yang akan dibangun oleh Kemen PU PR itu, 10 persennya dialokasikan untuk kepentingan pengembangan daerah pariwisata. “Ada yang akan deprogram di 10 top destinasi, untuk percepatan pembangunan homestay dan toilet, ada juga yang diproyeksikan untuk kawasan-kawasan pariwisata yang lain, agar amenitas di kawasan tersebut hidup dan masyarakat bisa merasakan dampak langsung dari pembangunan pariwisata,” kata Arief.
Selain itu, program ini juga bisa mendorong ekonomis di kawasan pariwisata menjadi lebih kuat. Karena masyarakat ikut terlibat langsung dalam proses menjaga, dan merawat sustainabilitas objek pariwisata itu. “Sekarang banyak daerah yang sudah mengusulkan, karena itu kami akan kebut bersama Kemen PU PR dan BTN. Syaratnya, desain rumah atau homestay itu harus mengikuti tradisi dan budaya arsitektur lokal,” kata Arief. (*)
