Inspirasi Bisnis

Juragan Dodol Ini Punya Dua Kiat Meraih Sukses

Sebelum 1997, Uyud muda mencari nafkah sebagai caddy atau orang yang bertugas membawakan peralatan bagi pemain golf di Lapangan Golf Flamboyan, di Nga

Editor: Darajat Arianto
Josephus Primus
Haji Uyud berbekal keuletan bekerja, sejak 1990-an memproduksi dodol garut curah di kampungnya, Kampung Ngamplang, Kelurahan Desa Kolot, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kini, dia juga menjadi pemasok tepung dan beras ketan bagi produsen dodol garut lainnya. 

Nah, Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BNI menghampirinya belum lama. Dia mendapat dana KUR hingga Rp 500 juta. "Bunganya delapan persen kalau enggak salah," ucap Haji Uyud sembari menambahkan bahwa KUR itu berlaku tiga tahun sejak 2013.

Selain pinjaman bank, lanjut Haji Uyud, sepanjang perjalanan bisnisnya juga mengandalkan dana dari lembaga penjaminan kendaraan bermotor. "Saya dapat dana juga dari leasing mobil," katanya.

Tercatat, sekarang ada empat mobil yang dijadikan agunan. "Istilahnya, mobil-mobil itu saya 'sekolah'-kan," katanya sembari menunjuk mobil Toyota Fortuner miliknya yang dijadikan agunan senilai Rp 160 juta setahun dengan bunga empat persen.

Curah

Lalu, secara blak-blakan pula, Haji Uyud mengisahkan besaran pendapatannya dari bisnis dodol garut. Lantaran persaingan di Garut sudah begitu padat, Haji Uyud menjual produknya secara curah justru ke kota-kota di luar Garut. Paling banyak dia menjual dodol garut curah ke Yogyakarta, Solo, dan Magelang.

Dalam sehari, bersama 40 orang pekerjanya, Haji Uyud mampu memproduksi 1,5 ton dodol garut curah. Tiap kilogram produksi, dia menjual ke agen dengan banderol Rp 12.500.

Sementara, sampai sekarang, bisnis dodol garut curah Haji Uyud bisa menyerap 200 tenaga kerja. "Semua dari kampung-kampung sekitar sini," katanya.

Ihwal upah, Suryana, pekerja yang bertugas mengolah bahan dodol garut hingga menjadi lempengan-lempengan besar siap dipotong-potong kecil, mengaku bisa membawa pulang Rp 60.000 sehari untuk waktu pekerjaan sejak pukul 07.00 hingga pukul 14.00. "Sehari saya bisa mengolah dua wajan dodol," katanya.

Selanjutnya, untuk upah pekerja yang memotong-motong dodol dan mengemasnya, Haji Uyud punya perhitungan sendiri. Para pekerja yang mayoritas perempuan dan memiliki jam kerja sama seperti Suryana diupah borongan. Setiap mendapat 1 kilogram dodol siap saji, tiap pekerja mendapat Rp 500. Pengalaman Haji Uyud menunjukkan setiap hari para pekerja itu bisa menyiapkan rata-rata 50 kilogram.

Kembali, dodol garut membuat Haji Uyud pun mampu berangkat menunaikan ibadah haji. Gelar haji diperolehnya kali pertama saat menunaikan ibadah tersebut pada 2000. Selanjutnya, hampir setiap tahun dia memberangkatkan umrah sanak saudara dan agennya.

Kini, bisnis Haji Uyud juga berkembang. Selain masih menjadi pemasok bahan baku dodol garut, ia juga melebarkan potensi pemasukan duit ke pundi-pundinya sebagai pengecer elpiji untuk rumah tangga. Kerja keras juragan dodol itu memang berbuah manis. (kompas.com)

Sumber: Kompas
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved