Sonia Tetap Semangat Meski Ujian dengan Satu Kaki
kaki kanan Sonia terpaksa diamputasi karena penyakit osteo sacrum yang dideritanya
Penulis: Andri M Dani | Editor: Ferri Amiril Mukminin
CIAMIS. TRIBUNJABAR.CO.ID - Senin (4/4) siang tersebut waktu baru menunjukkan pukul 09.20. Waktu shift I, pelaksanaan UN CBT (computer base test) hari pertama UN di Kampus SMKN 1 Ciamis Senin siang tersebut masih tersisa 20 menit lagi.
Tapi Sonia Adelia (17) sudah berada di luar ruang multi media yang menjadi Ruang CBT-01 bersama sejumlah rekan-rekannya yang sudah sama-sama keluar ruangan UN sebelum waktu UN-nya berakhir.
Anak kedua dari Ny Ina Herlina (42) warga Dusun Ranca Utama RT 02/07, Desa Pawindan, Ciamis, tersebut terlihat ceria, sembari ketawa-ketawa bersama rekan-rekan sesama siswa kelas XII jurusan Multimedia SMKN 1 Ciamis.
Mereka tengah duduk-duduk di koridor lantai 2 Gedung SMKN 1 Ciamis di luar ruang kelas multimedia (Ruang UN-CBT 01) tersebut.
Dua tongkat penyangga badan (kruk) tampak menyandar di dinding luar ruang kelas tempat Sonia duduk-duduk melantai bersama rekan-rekannya tersebut.
Maklum, kaki kanan Sonia terpaksa diamputasi karena penyakit osteo sacrum yang dideritanya.
Osteo sacrum, suatu penyakit yang langka.
Di dalam ruang UN CBT 01 tersebut masih ada lima siswa lagi yang masih asyik menjawab soal dilayar komputer yang mereka hadapi di bawah pantauan guru pengawas.
SMKN 1 Ciamis merupakan salah satu dari delapan sekolah (SMA/SMK dan Aliyah) di Ciamis yang melaksanakan UN CBT (UN Berbasis Komputer).
Dan dari 480 siswa SMKN 1 Ciamis yang mengikuti UN CBT mulai Senin (4/4) tersebut salah seorang diantaranya adalah Sonia Adelia.
Senin (4/4) siang tersebut, tak terlihat sedikit pun rona kesedihan maupun kegalaun terlihat di raut wajah Sonia.
Ia begitu enjoy.
“Alhamdulillah, 50 soal Bahasa Indonesia tadi terjawab semua,” tutur Sonia kepada Tribun di SMKN 1 Ciamis Senin (4/4) siang.
Menurut Sonia, soal Bahasa Indonesia yang dihadapi tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu gampang. “Hampir semuanya pernah dipelajari ,”katanya.
Dari 50 soal Bahasa Indonesia tersebut, ada satu soal yang paling diingat Sonia.
Yakni anekdot tentang sepatu dari kulit buaya (yang ternyata buaya tidak ada sepatunya) maupun anekdot tentang anak sapi yang dikasih uang Rp 3.000 untuk belanja.
Kedua anekdot tersebut, mempunyai persamaan, yakni menempatkan binatang sebagai objeknya.
“Ya soalnya tentang kesamaan dari kedua anekdot, yakni sama-sama menempatkan binatang sebagai objeknya,” ujar Sonia, dara kelahiran tanggal 28 Juni 1998 ini.
Dan perjalanan hidup yang kini tengah diarungi Sonia, bukanlah anekdot.
Tetapi suatu kenyataan.
Dengan lewat mengikuti UN CBT, Sonia pun menggantungkan cita-cita.
“Bila lulus nanti saya ingin melanjutkan kuliah. Ingin memilih jurusan perpustakaan. Kebetulan sudah ikut SNMPTN, milihnya Jurusan Perpustakaan Fikom Unpad. Tapi belum ada pengumuman, diterima atau tidak. Dengan kondisi saya seperti ini, cocoknya jadi pustakawan. Tidak banyak gerak,” tekadnya.
Kepala SMKN 1 Ciamis, Dra Hj Ika Karniati Sardi MPd, tak menyangka bila tekad Sonia bersekolah semakin bernyala-nyala setelah ia menjalani amputasi kaki kanan di RSHS bulan Februari lalu.
Pertengahan Maret, Sonia kembali bersekolah setelah berbulan-bulan libur dan tergeletak di rumah karena menderita kanker tulang.
“Tetapi setelah dioperasi ia begitu bersemangat, optimis. Tidak minder, juga terkesan sangat mandiri. Beberapa minggu menjelang UN, Sonia sempat ikut sekali truy out dan ikut pula doa bersama,” tutur Hj Ika Karniati kepada Tribun Senin (4/4).
Semula pihak sekolah sudah merancang agar Sonia mengikuti UN di rumahnya saja.
“Kompoter dan jaringan internetnya sudah kampi persiapkan. Juga petugas teknis dan guru pengawas. Tapi Sonia tetap menginginkan tetap minta ikut ujian di sekolah seperti teman-temannya yang lain. Karena ia itu jurusan Multimedia mungkin ia tahu kesulitan teknis yang mungkin terjadi bila UN nya di rumah,” katanya.
Akhirnya pihak sekolah mengabulkan Sonia ikut UN CBTdi sekolah.
Pihak sekolah pun mempersiapkan ruang khusus di lantai 1 agar Sonia tidak turun naik tangga.
“Tapi ia lagi-lagi menolak. Ia menginginkan tidak dibeda-bedakan dengan teman-temannya yang lain. Ia minta ikut di ruang UN CBT saja bersama teman-temanya yang lain. Dan 6 ruang UN CBT semuanya berada di lantai 2. Ia sanggup menjalaninya, dan turun naik tangga meski ia memakai tongkat (kruk) ia begitu mandiri tak mau dibeda-bedakan dengan siswa yang lain. Luar biasa memang semangatnya,” ujar Ika.
Kemandirian dan semangat Sonia menjalani hari-harinya termasuk mengikuti UN tersebut, menurut Ika tentu berkat dukungan teman-temannya sekelas maupun sesame siswa SMKN 1 Ciamis, dorongan guru-guru dan dorongan keluarga.
“Tak ada yang membeda-bedakan,. Semuanya memberi semangat. Ibu Bupati (Hj Ai Ela IingSyam Arifin) yang datang ke rumah Sonia juga memberi semangat. Sonia begitu mandiri jadinya.Mudah-mudahan ia berhasil,” katanya.
Setelah menjalani operai, Sonia datang ke sekolah, dengan bantuan pamannya Mang Ilan dengan menggunakan sepeda motor.
“Tadi juga diantar Mang Ilan pakai sepeda motor. Pulang nanti juga dijemput,” tutur Sonia.
Gejala kanker tulang osteo sacrum yang menimpa Sonia, tersebut sebenarnya sudah diidap Sonia sejak dia duduk di kelas V SD.
Tapi gejala tersebut tak begitu dirasakan, sekolah Sonia terus berlanjut ke SMP dan kemudian masuk ke SMKN 1 Ciamis jurusan Multimedia dipilihnya. Padahal saat itu, gejala kanker tulang yang bersarang dip aha kanan Sonia terus membesar.
Bahkan ketika Sonia duduk dikelas XII SMKN 1 Ciamis menjelang pelaksanaan UN, tepatnya bulan November lalu, Sonia hanya bisa tergolek lemah di kasur yang digelar ruang tengah rumahnya di Desa Pawindan tak jauh dari sisi Jl Lingkar Selatan Ciamis.
Paha kaki kanan membengkak hamper sebesar kepala orang dewasa.
Sonia tak bisa lagi berjalan, kecuali hanya tergolek lemah sembari menahan rasa sakit yang bisa datang tiba-tiba yang membuat Sonia berurai air mata saat menahan rasa sakit.
Sebenarnya anjuran dokter sudah datang berkali-kali, jalan keluarnya adalah amputasi. Tapi sebelumnya Sonia belum siap. Namun sekarang, tidak ada lagi jalan lain.
Hari Kamis (4/2), Sonia diberangkatkan ke RSHS Bandung, isteri Bupati Ciamis, Ny HJ Ai Ela Iing Syam Arifin selaku Ketua Yayasan Kanker Ciamis yang berkunjung ke rumah Sonia hari itu ikut melepas.
Tiba di RSHS Bandung, Sonia tidak langsung dioperasi.
Sempat ia seminggu dirawat sampai kondisi tubuhnya benar-benar siap.
Tanggal 15/2, Sonia dioperasi.kaki kanannya diamputasi sampai paha, paha kanan yang membengkak dipisahkan dari tubuhnya. Setelah dioperasi, tiga hari kemudian Sonia baru boleh keluar RSHS.
“Tapi tidak langsung pulang ke Ciamis. Sempat istirahat dua minggu di rumah keluarga di Bandung, sambil berlatih memakai tongkat penyangga (kruk),” tutur Sonia.
Kini Sonia sudah kembali ke Ciamis.
Dan sudah kembali juga ke sekolanya di SMKN 1 Ciamis.
Bahkan juga ikut UN, ujian nasional berbasis computer. Setelah UN, Snia bercita-cita melanjutkan pendidikannya ke PT. kuliah, untuk menggapai cita-citanya jadi pustakawan.
Meski kini ia harus berjalan tertatih menggunakan tongkat penyangga yang ditekankan di ketiak.
Tapi Sonia tak ingin hidupnya ikut tertatih-tatih. Makanya ia ingin melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Sonia pun sudah pesan kaki palsu lewat Persatuan Penyandang Difabel Indonesia (PPDI) Ciamis.
“Sudah pesan lewat Pak Dodo,” ujar Sonia sembari menyebut nama Ketua PPDI Ciamis, Dodo. (sta)