Konperensi Asep Asep
Sekarang Saya Bangga dengan Nama Asep
Konperensi Asep-Asep ini dihadiri peserta tidak hanya dari Jawa Barat. Di antara mereka ada yang datang Tegal, Semarang, Palembang, Padang, dan Jakart
Laporan Wartawan Tribun Jabar Online, Mumu Mujahidin.
TRIBUNJABAR.CO.ID - SEBUAH momen unik terjadi di Bandung, Minggu (25/10), yakni digelarnya Konperensi Asep Asep (KAA), yang diinisiasi Paguyuban Asep Dunia. Ratusan orang bernama Asep datang dan berkumpul di konferensi yang digelar di De Tuik Resto & Resort di Jalan Bojongkoneng Atas, Kota Bandung, itu.
Mereka yang bernama Asep ini berkumpul, saling menyapa, dan mengobrol untuk saling memperkenalkan diri.
Para Asep ini datang mengenakan dresscode serbaputih serta atribut kasundaan. Mereka ada yang mengenakan pangsi, iket, atau sekadar pin yang bernuansa kasundaan sesuai dengan permintaan panitia.
Berbeda dengan yang lainnya, Asep Sugiarto (41) datang hanya dengan pakaian sederhana. Asep yang satu ini mengenakan kaus oblong hitam polos serta jins hitam. "Saya baru datang semalam. Saya berangkat dari Tegal, jadi tidak ada persiapan," kata Asep Sugiarto dengan logat Jawanya yang khas.
Konperensi Asep-Asep ini dihadiri peserta tidak hanya dari Jawa Barat. Di antara mereka ada yang datang Tegal, Semarang, Palembang, Padang, dan Jakarta.
Asep Sugiarto mengaku tidak mengetahui kenapa ia diberi nama Asep, padahal ia orang Tegal, bukan orang Sunda. "Saya nggak tahu. Yang pasti artinya kasep atau ganteng. Atau mungkin karena saya lahir di bulan September," katanya.
Karena nama yang disandangnya, kata Asep Sugiarto, dia disangka orang Sunda dan sering diajak ngobrol dalam bahasa Sunda. "Waktu itu di kereta ada ibu-ibu dari Bandung ngajak kenalan. Karena nama saya Asep, dia ngerasa senang dan langsung ngajak ngobrol pakai bahasa Sunda, padahal saya tidak ngerti," ujarnya.
Pengalaman berbeda disampaikan Asep Nugraha (44). Warga Ciamis ini mengakui dulu ia sering merasa minder dengan nama Asep. "Dulu kadang malu bila berkenalan dengan orang lain. Tidak percaya diri," katanya.
Menurut dia, dulu nama Asep dianggap terlalu kuno dan tradisional. "Seperti tidak kreatif nama Asep itu," ujarnya.
BACA SELENGKAPNYA di Harian Pagi Tribun Jabar Edisi Senin, 26 Oktober 2015.