Tragedi Mina
Dua Haji Asal Kloter 61 Kabupaten Bandung Masih Dirawat di RS Mina
Mereka dirawat bersama empat orang lainnya, masing-masing tiga orang dari Kloter 14 BTH dan seorang dari kloter MES 7.
Penulis: Machmud Mubarok | Editor: Machmud Mubarok
JAKARTA, TRIBUNJABAR.CO.ID - Dua orang jemaah haji dari Kloter 61 JKS asal Kabupaten Bandung masih dirawat di RSAS Jizrul Mina, Jumat (25/9), pascatragedi Mina yang menewaskan sedikitnya 753 orang itu, sehari sebelumnya.
Data yang dirilis Daerah Kerja Mekkah menyebutkan identitas dua orang itu adalah Ubaid bin Komaruddin dengan nomor paspor B0745300 dan Ending bin Rukanda dengan nomor paspor B0745297. Kedua orang ini mengalami luka-luka dalam tragedi Mina. Mereka dirawat bersama empat orang lainnya, masing-masing tiga orang dari Kloter 14 BTH dan seorang dari kloter MES 7.
Menurut Kepala Daker Makkah Arsyad Hidayat, seperti dirilis MCH Kemenag, enam orang jemaah haji yang luka-luka ini tinggal di Mina Jadid, menempati tenda di Maktab 1.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 225 orang anggota jemaah haji asal Indonesia dilaporkan belum kembali ke tendanya di Mina, Arab Saudi hingga Jumat (25/9/2015).
Berdasarkan data terbaru pada 25 September 2015 pukul 07.00 waktu Arab Saudi, rincian anggota jemaah haji yang belum kembali itu meliputi sebanyak 14 orang dari kloter BTH 14 (embarkasi Batam), sebanyak 19 orang dari kloter SUB 48 (embarkasi Surabaya) dan sebanyak 192 orang dari kloter JKS 61 (embarkasi Jakarta-Bekasi).
"Kami telah menghubungi keluarga korban," ujar Kepala Daerah Kerja Mekkah Arsyad Hidayat lewat siaran pers yang diterima KOMPAS.com, Jumat (25/9/2015).
Arsyad mengatakan, pihaknya akan terus mengerahkan upaya pencarian dengan menginventarisasi data jemaah dari ketua kloter, yang diduga melintas di sekitar kejadian saat peristiwa itu berlangsung. Selain itu, akan dilakukan penyisiran ke seluruh rumah sakit Arab Saudi di Mekkah.
"Kami menghimbau agar jamaah mematuhi jadwal melontar jumrah yang sudah diinformasikan kepada kepala kloter, ketua regu dan ketua rombongan untuk menghindari risiko akibat kepadatan jamaah," kata Arsyad. (*)