Hari Peduli Sampah 2015

Sudahkah Kita Membuang Sampah dengan Benar?

Jangankan soal pemisahan sampah, untuk membuang sampah di tong sampah saja masih banyak warga yang malas melakukannya.

Editor: Machmud Mubarok
ragil wisnu saputra
Sampah di Jalan Caringin, Jatinangor menimbulkan bau busuk dan mengganggu pengguna jalan. 

BANDUNG, TRIBUNJABAR.CO.ID - Sejak tragedi longsor sampah di Leuwigajah, Kota Cimahi, pada 2005 lalu, 21 Februari ditetapkan sebagai Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati tepat di tanggal terjadinya insiden tersebut. Tragedi yang menewaskan 157 jiwa dan menghilangkan dua kampung akibat terjangan sampah itu menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Gunungan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter itu menerjang Kampung Cilimus dan Kampung Pojok karena tak tahan terguyur derasnya hujan.

Sepuluh tahun sudah sejak tragedi itu berlalu, bagaimana masyarakat khususnya anak muda saat ini menyikapi permasalahan sampah? Wali Kota Bandung Ridwan Kamil telah membuat beberapa kebijakan terkait penanganan sampah mulai dari membuat tong sampah lucu hingga menetapkan aturan bahwa setiap mobil di Bandung harus memiliki tong sampah. Aturan ini berkaitan dengan penegakan Perda Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan (K3) yan g diatur dalam Pasal 49 ayat (1) huruf n Perda 11/2005 tentang K3. Mobil yang tidak memiliki tong sampah akan didenda sebesar Rp 250 ribu dan jika tidak memenuhi kewajiban KTP pelanggar akan ditahan dan pelanggar diwajibkan mengikuti sidang tindak pidana ringan di Pengadilan Negeri Bandung.

Di Hari Peduli Sampah Nasional ini seharusnya kita berkaca, sudahkan kita menjaga lingkungan agar bersih dari sampah? Jangan hanya pandai mengingatkan orang lain, tetapi kita juga harus memberi contoh soal bagaimana cara menjaga lingkungan dari sampah. Bencana-bencana yang terjadi seperti banjir sejatinya bukanlah salah Tuhan. Tuhan menurunkan hujan sebagai berkah agar tanaman tidak kering dan manusia bisa tetap makan. Namun, manusia kerap menyalahkan hujan di kala banjir mendera, padahal sampah-sampah yang dibuang ke selokan dan sungai itulah yang menghambat sistem drainase sehingga air tak mampu mengalir.

Sistem pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pun harus terus dibenahi. TPA Benowo di Surabaya misalnya, sebagai TPA percontohan TPA Benowo menggunakan sistem pengelolaan sampah berteknologi modern yang diklaim nantinya tidak ada sampah yang akan tersisa di TPA tersebut. Tak salah jika TPA Benowo menjadi TPA percontohan yang berhasil menyabet penghargaan Adipura Kencana 2014.

Hal kecil yang juga sering luput adalah sosialisasi cara pembuangan sampah yang benar. Pemerintah telah menyediakan tempat sampah yang berbeda untuk sampah basah dan sampah kering atau sampah organik dan sampah non organik. Namun, kenyataannya tempat pembuangan sampah yang telah dipisahkan itu tetap tercampur aduk antara sampah organik dan non organik. Selain kampanye “buanglah sampah pada tempatnya” pemerintah beserta warga yang paham harus pula mengampanyekan “buanglah sampah sesuai jenisnya”. Untuk itulah diperlukan usaha lebih agar masyarakat bisa diedukasi tentang jenis-jenis sampah.

Mengenai Hari Peduli Sampah Nasional, ternyata tak banyak masyarakat yang tahu tentang keberadaan hari ini. Arifina Budi (21) misalnya, mahasiswa Fikom Unpad ini mengaku belum pernah mendengar soal Hari Peduli Sampah. Sama dengan Arifina, Elvarizka Bayu (22) pun baru kali ini mengetahui soal Hari Peduli Sampah serta tragedi yang melatarbelakangi tercetusnya hari tersebut.

“Kalau dilihat sekarang Bandung sih menurut aku sejak dipimpin sama Kang Emil jadi lebih peduli sama lingkungan, pengelolaan sampah lebih tertata dan sepertinya warga Bandung lainnya juga antusias untuk ikut peduli sampah,” ujar Arifina.

Meski begitu, ia menyayangkan soal banyaknya warga yang masih tidak paham soal pemisahan jenis sampah. Arifina kerap menemukan tempat sampah yang seharusnya diisi sampah organik malah berisikan sampah non organik, terutama sampah rumah tangga yang semuanya dicampur. Elvarizka pun memiliki penilaian yang sama. Ia bahkan merasa, tong-tong sampah lucu yang banyak tersedia di Bandung menjadi tidak efektif penggunaannya karena masyarakat belum paham tentang cara penggunaannya.

“Pemisahan sampah harusnya sih efektif, tapi banyak juga warga yang belum ngerti kenapa harus dipisahin apa enggak. Aku pernah tanya sama warga yang buang sampah enggak dipisahin katanya enggak ada sosialisasi, padahal seharusnya sosialisasi ada lewat Ketua RT atau RW,” jelas Elvarizka.

Jangankan soal pemisahan sampah, untuk membuang sampah di tong sampah saja masih banyak warga yang malas melakukannya. Jalan-jalan di pusat Kota Bandung memang sudah mulai bersih dari sampah namun tidak untuk daerah pinggiran. Sampah-sampah plastik bekas pakai masih banyak ditemukan menyangkut di gorong-gorong. Selain itu, bak sampah di pinggir jalan pun banyak yang dibiarkan terbuka sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.

Cara termudah agar lingkungan terbebas dari sampah adalah dengan menahan diri untuk tidak membuang sampah di jalanan sampai menemukan tempat pembuangan sampah. Tak ada salahnya kita mengantongi sampah plastik pembungkus makanan untuk sementara waktu hingga menemukan tempat yang tepat untuk membuangnya. (tj1)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved