Dampak Kenaikan BBM Bersubsidi
Nelayan Pantai Jayanti Cianjur Berharap Perhatian Pemerintah Jokowi
FASILITAS untuk nelayan di Pantai Jayanti masih minim sehingga biaya operasional begitu tinggi dan memberatkan.
Penulis: cis | Editor: Dicky Fadiar Djuhud
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku M Guci Syaifudin
CIANJUR, TRIBUN - Sekretaris Forum Musyawarah Nelayan Jayanti, Nurjaman, berharap, ada kepedulian dari pemerintah, terutama dari pemerintahan Jokowi dan JK terhadap nasib para nelayan di Pantai Jayanti. Pasalnya, fasilitas untuk nelayan di Pantai Jayanti masih minim sehingga biaya operasional begitu tinggi dan memberatkan.
"Pertama kami jauh dari stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) sehingga kami masih mengandalkan bensin dari pengecer. Selain itu belum ada pabrik es sehingga tangkapan nelayan tidak maksimal lantaran hanya bisa melaut selama sehari," ujar Nurjaman, Minggu (23/11).
Nurjaman mengaku, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan kepolisian di Kecamatan Cidaun untuk pendirian SPBU mini di Pantai Jayanti bagi para nelayan. Diharapkan SPBU mini itu menekan biaya operasional nelayan ketika melaut. Misalkan harga premium Rp 8500 per liter, maka di SPBU itu dijual Rp 9 ribu per liter.
"Yang bikin bengkak lagi tuh pembelian es balok, kita jadi kesulitan karena kalau mau melaut selama dua malam susah. Kan kalau mau ikan utuh itu harus dieskan, tapi kami masih bolak-balik karena tidak ada pabrik es. Kalaupun ada itu juga kiriman dari luar, belinya mahal Rp 20 ribu per balok," ujar Nurjaman.
Nelayan yang ada di Pantai Jayanti, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Ianjur, tak berani melaut jauh sejak harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium naik menjadi Rp 8500 per liter.
Mereka terpaksa mencari ikan dengan radius empat kilometer dari bibir Pantai Jayanti untuk mengurangi biaya pengeluaran akibat membekaknya biaya bahan bakar perahu. Hal itu disebabkan harga bahan bakar untuk perahu, yakni premium dicampur oli samping mencapai Rp 10.500 per di pengecer.
Tak hanya mengurangi jarak melaut jumlah nelayan yang mencari ikan itu pun mulai berkurang drastis. Dari ribuan nelayan yang ada di Pantai Jayanti, hanya 60 yang masih melaut aktif. Hal itu mereka lakukan lantaran tidak memiliki pekerjaan lain. (cis)