Kekerasan Fisik di Unila
Orangtua Korban Pelonco Unila: Kita Ini Sudah Merdeka Lo!
DALAM konferensi pers tersebut orangtua korban menyampaikan beberapa keluhan yang dialami anaknya yang dipelonco seniornya.
BANDAR LAMPUNG, TRIBUN -- Orangtua dari mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Unila berkumpul untuk menggelar konferensi pers, Kamis (11/9/2014).
Dalam konferensi pers tersebut orangtua korban menyampaikan beberapa keluhan yang dialami anaknya yang dipelonco seniornya.
"Saya sangat menyesalkan kasus ini masih terjadi. Kita ini sudah merdeka loh, masa iya masih ada perpeloncoan dengan kekerasan seperti zaman dulu," kata Syamsir Syamsu, orangtua FH saat konferensi pers di Ruang Rapat Gedung FH Unila.
Diketahui, kekerasan yang dilakukan senior kepada mahasiswa baru (maba) di Fakultas Teknik Universitas Lampung (FT Unila) berujung dengan masuknya beberapa mahasiswa baru ke beberapa Rumah Sakit.
Orangtua OC, maba FT Unila yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, anaknya mendapatkan perlakukan yang tidak manusiawi seperti ditampar dan ditendang dari kakak tingkatnya di FT Unila.
"Hal tersebut berdampak kepada anak saya yang tidak mau kuliah. Namun penolakan untuk tidak masuk kuliah langsung direspon senior yang mendengar. Senior pun langsung memberlakukan aturan yang memberatkan, aturan tersebut yakni kalau satu mahasiswa tidak masuk propti maka semua mahasiswa baru mendapatkan hukuman," kata orangtua OC saat ditemui Tribun Lampung, Selasa (9/9/2014).
Menurut dia, ada dua teman anaknya yang dirawat di rumah sakit lantaran disiksa seniornya di FT, saat propti. Adapun mahasiswa yang mendapatkan perawatan di rumah sakit di antaranya AD yang dirawat di RS Urip Sumoharjo dan satu lagi yakni FH yang dirawat di RS Bumi Waras.
Selain perpeloncoan yang menyebabkan masuk ke RS, ada juga yang memberatkan para orangtua tersbeut. Diantaranya para maba diharuskan hadir ke kampus pukul 05.00 WIB dan rapat hingga tengah malam.
"Hal ini sangat memberatkan. Seperti yang diketahui hanya di FT saja yang proptinya seperti ini. Sedangkan fakultas lain tidak seperti ini dan apakah ini budaya FT? Sangat disayangkan sudah bayar mahal-mahal tapi diperlakukan seperti bukan manusia," kesalnya
Sementara Dekan FT Suharno mengancam akan menutup pogram studi (Prodi) yang terindikasi melakukan perpeloncoan di luar jadwal propti. Hal ini guna memberikan punishment kepada onkum yang ada dalam perpeloncoan tersebut.
"Kami sudah mengumpulkan bukti dan saat ini saya bersama tim masih mempelajari semua ini. Kami akan panggil secepatnya oknum yang terlibat," pungkasnya. (Laporan Wartawan Tribun Lampung Bayu Saputra)