Leisure
Kurupuk Katuncar Garut akan Dipasarkan di Seluruh Nusantara
Tidak hanya sebagai daerah penghasil dodol, Kabupaten Garut pun menghasilkan produk kuliner berupa kurupuk katuncar atau kerupuk ketumbar.
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Kisdiantoro
GARUT, TRIBUN - Tidak hanya sebagai daerah penghasil dodol, Kabupaten Garut pun menghasilkan produk kuliner berupa kurupuk katuncar atau kerupuk ketumbar. Pusat industri kurupuk katuncar di antaranya berkembang sejak puluhan tahun lalu di Kelurahan Jayawaras, Kecamatan Tarogongkidul.
Kini, kurupuk katuncar disajikan dalam berbagai rasa dan bentuk. Mulai dari rasa aslinya yang gurih dan memiliki rasa kuat ketumbar, sampai rasa keju, balado, bayam, dan pedas. Bentuknya pun beragam, dari mulai bentuk persegi panjang, kubus, bundar, bunga, bahkan berbentuk hati.
Bahan dasarnya dibeli dari Pasar Induk Guntur, yakni tepung tapioka, terigu, bawang putih, penyedap rasa, garam, serta minyak untuk menggoreng. Beberapa di antaranya menggunakan soda kue untuk pengembang. Rempah-rempahnya seperti ketumbar dan cabai, dipilih dan hanya digunakan yang segar. Hal ini untuk menjaga kualitas rasa kurupuk katuncar.
Kreasi kurupuk katuncar semakin beragam dan kualitasnya semakin terjamin berkat pelatihan dan pengembangan produksi kurupuk katuncar yang diselenggarakan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) bekerja sama dengan Yayasan Sahabat Wanita. Sebanyak 25 pengusaha kurupuk katuncar dilatih untuk menghasilkan produk yang lebih baik dalam program ini.
Program Manager Yayasan Sahabat Wanita, Chairudin Ahmad Sukri, mengatakan sebelumnya kurupuk katuncar dijual murah dengan harga Rp 500 per bungkus kecil. Pembuatannya pun tidak memperhatikan higienitas dan keamanan makanan.
Setelah menjalani pelatihan ini, para pengusaha kurupuk katuncar memperbaiki pola pembuatannya dengan memperhatikan sanitasinya. Penggunaan bahan berbahaya seperti boraks pun dihindari dan penggunaan bahan makanan yang berkualitas baik diutamakan.
"Bentuknya jadi beragam, kualitas jadi lebih baik, dan harga jualnya meningkat 300 persen. Tadinya dijual Rp 1.500 per bungkus besar, sekarang Rp 4.500. Tentunya dengan pengemasan yang jauh lebih baik dan sasaran pasar yang lebih luas, terutama kalangan menengah atas," kata Chairudin di sela kegiatan pelatihan tersebut, Kamis (19/6).
Setelah dipasarkan di toko-toko, rencananya kurupuk katuncar akan dipasarkan di seluruh Alfamart dan Alfamidi se-Indonesia. Produk asli Garut ini pun akan dikemas dalam bentuk dan dijual di pasar-pasar yang lebih baik, tidak hanya di pasar tradisional dan warung-warung kecil.
Seorang pengusaha kerupuk katuncar dari Desa Jayawaras, Eras, mengatakan setiap hari bisa memproduksi satu kuintal kerupuk katuncar. Produknya dipasarkan di hampir seluruh pasar di Garut dan Bandung.
"Sehari biaya produksinya Rp 3 juta. Saya mendapat untung bersih sehari sampai Rp 300 ribu. Saya harap setelah pelatihan ini, produk warga Garut ini disa dipasarkan lebih luas. Selanjutnya kami siap memproduksi kurupuk katuncar untuk dipasarkan se-Indonesia, tentunya dengan kualitas dan kemasan yang terjamin," katanya. (Sam)