Sejak Tahun 70-an Setia pada Seragam Sekolah

SUPRIYADI sibuk melayani pelanggan. Tangannya tak henti memijit tombol mesin kasir di tokonya. Dia pun tidak bisa diganggu.

Penulis: roh | Editor: Januar Pribadi Hamel
zoom-inlihat foto Sejak Tahun 70-an Setia pada Seragam Sekolah
Ida Romlah
Pendiri Rerko H M Hasyim (kanan) bersama anak keenam Lilis Tini Suhartini berpose di belakang toko Resko, Jalan Ujungberung 68, Kota Bandung, Sabtu (7/7).

Sementara di kiri-kanannya terlihat ada empat karyawan yang membantu melayani pelanggan. Semua terlihat sibuk karena jumlah pelanggan yang harus dilayani begitu banyak.

"Nanti ngobrolnya sama adik saya saja ya," kata Supriyadi, saat Tribun datang ke toko seragam sekolah dan pramuka yang dikelolanya, Resko, di Jalan Ujung Berung 68, Bandung, Sabtu (7/7).

Kemarin, tokonya begitu sesak dipadati pelanggan. Rata-rata pelanggan itu hendak berbelanja pakaian seragam sekolah, karena tahun ajaran baru akan dimulai Senin (9/7).

Adik Supriyadi, Lilis Tini Suhartini mengatakan, mendekati tahun ajaran baru tokonya berubah menjadi ramai. Bukan saja yang berada di Jalan Ujungberung 68, tapi semua toko Resko yang berjumlah sepuluh juga ikut ramai. Akibatnya, penjualan seragam sekolah pun naik sampai berkali lipat. Dalam kurun Mei-Juli bisa terjual ratusan ribu potong seragam sekolah berbagai ukuran.

"Mulai Mei itu sudah ramai, pelanggan sudah banyak, kemudian tambah ramai pada Juni dan sampai pada pertengahan Juli. Setelah itu, baru deh kembali normal. Ya namanya juga toko seragam sekolah ya, pasti ramai pas mau tahun ajaran baru," ujar Lilis, kemarin.
Resko merupakan toko seragam pertama di Bandung. Berdiri sejak 1970-an, toko itu tetap setia menawarkan seragam sekolah dan pramuka mulai tingkat SD, SMP sampai SMA. Bahkan, perlengkapan lain seperti topi, dasi dan atribut sekolah juga ada.

Belakangan beberapa toko Resko menyediakan seragam olahraga, sepatu, kaus kaki, dan tas. Namun perlengkapan itu diperoleh dari pemasok, sementara buatan sendiri Resko hanya seragam sekolah dan pramuka. Seragam itu dibuat di rumah konfeksi Resko dengan jumlah karyawan sekitar 20 orang.

Sejak pertama berdiri, sampai saat ini sudah ada sepuluh toko Resko, dua di Pasar Kosambi, dan masing-masing satu di Ujungberung, Jalan Ujungberung, Pasar Ancol, Cimahi, Cileunyi, Dangdeur, Dayeuhkolot, dan Tanjungsari.

Lilis mengatakan, walau sebagian besar toko Resko berada di Bandung, pelanggan tidak hanya berasal dari Bandung. Ada pula yang sengaja datang dari Tasikmalaya dan Garut.

"Mungkin karena mereka sudah terbiasa pakai seragam produk kami, sehingga dari jauh juga tetap datang ke sini," ujarnya.

Resko pertama kali didirikan oleh ayah Supriyadi dan Lilis, H M Hasyim. Ketika itu, bapak kelahiran Sumedang 71 tahun silam, itu mencoba peruntungan di Kota Bandung dengan cara bekerja di usaha konfeksi milik orang lain di Pasar Karapitan, Kota Bandung.
Beberapa tahun bekerja di usaha konfeksi milik orang, akhirnya bapak tujuh anak itu mencoba membuka usaha konfeksi sendiri. Berbekal mesin jahit dan uang hasil bekerja, Hasyim muda mengawali usahanya. "Tapi ketika itu bukan seragam sekolah yang dibuat," kata H M Hasyim, kemarin.

H M Hasyim hanya membuat pakaian biasa, yang kemudian dijual di lapak-lapak kaki lima di Kota Bandung. Walau bayaran pakaian buatannya dari para pedagang kaki lima sering seret, H M Hasyim tidak surut semangat. Dia tetap berusaha keras dengan keyakinan bisa meraih sukses.

"Akhirnya suatu ketika saya bisa membeli jongko di Pasar Kosambi. Itu sekitar 1972," ujar H M Hasyim. Rupanya usaha H M Hasyim begitu mulus. Bisnisnya cemerlang sampai akhirnya memiliki sepuluh toko seragam yang dinamai Resko.

H M Hasyim bercerita, dirinya sengaja memilih usaha konfeksi pada seragam sekolah karena ketika itu belum banyak orang yang berjualan seragam sekolah. Walau pernah merugi akibat ada perubahan kebijakan pemerintah Orde Baru, Hasyim pun tidak patah semangat.

"Dulu saya pernah rugi. Seragam sekolah buatan saya tidak laku berkarung-karung, sampai akhirnya saya sumbangkan ke korban (letusan) Gunung Galunggung," kata Hasyim.
Beruntung, dua tahun setelah mengalami kerugian itu, bisnisnya kembali cemerlang. Seragam sekolah buatannya yang dilabeli Resko laku keras. Bahkan pelanggannya tersebar di mana-mana.

Sampai saat ini, Hasyim mengaku sudah klop dengan bisnis seragam sekolah. Dia pun enggan berpindah ke bisnis konfeksi lain, karena beranggapan anak sekolah akan tetap ada sepanjang zaman dan seragamnya tidak pernah berubah.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved