Sekolah di Tasikmalaya Ini Rusak Diguncang Gempa Dua Tahun Lalu, Hingga Kini Tak Kunjung Diperbaiki

Sudah dua tahun, sejumlah ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri Puspamulya rusak namun tidak kunjung diperbaiki.

Penulis: Isep Heri Herdiansah | Editor: Ichsan
tribunjabar/isep heri
Kondisi di sekolah SDN Puspamulya di Kampung Balawiri, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (31/7/2019). Sudah dua tahun rusak akibat gempa namun tak kunjung diperbaiki. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isep Heri

TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Sudah dua tahun, sejumlah ruang kelas di Sekolah Dasar Negeri Puspamulya rusak namun tidak kunjung diperbaiki.

Di sekolah yang terletak di Kampung Balawiri, Desa Pusparaja, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya tersebut bahkan dua kelas rusak berat dan tidak bisa dipergunakan.

Atap dua kelas bahkan sudah tidak ada, lantainya bahkan sudah ditumbuhi rumput liar dan sisa reruntuhan tembok menjadi pemandangan yang mesti dilihat setiap hari para murid di sana.

Kondisi yang tak kalah mengenaskan di sekolah yang telah beroperasi dari 1982 itu juga terlihat di ruangan kelas lainnya bahkan ruangan guru.

Retakan tembok di samping kiri kanan, dan flapon bolong menghiasi suasana belajar di sana.

Karena kehilangan dua kelas, pihak sekolah mensiasati untuk menyekat ruangan kelas yang masih bisa digunakan dengan lemari agar proses belajar mengajar tetap berjalan.

Alhasil dalam kelas terdapat dua rombongan belajar, begitu juga ruang guru di sulap jadi kelas sebagian dengan sekat serupa yakni lemari.

Kepala Sekolah SDN Puspamulya, Maman Firmana mengatakan kondisi tersebut sudah berlangsung sedari Desember 2017 lalu.

Petugas KPK Lima Jam Geledah Ruang Sekda Jabar, Angkut Dua Koper dan Satu Kardus Berkas

"Kerusakan ruang kelas ini dampak dari gempa yang terjadi Desember 2017 lalu. Kerusakan memang parah, yang ambruk ada 3 kelas dan 3 kelas lainnya rusak ringan," kata Maman saat ditemui, Rabu (31/7/2019).

SDN Puspamulya Cigalontang Tasikmalaya
SDN Puspamulya Cigalontang Tasikmalaya (tribunjabar/isep heri)

Pasca kejadian gempa itu, Maman menuturkan proses kegiatan belajar mengajar bahkan pernah dilakukan di dalam tenda.

"Berlangsung selama 9 bulan, tapi tidak efektif. Lalu kami inisiatif untuk menyekat kelas jadi kelas 1 digabung kelas 2, kemudian kelas 5 dengan kelas 6. Kelas 3 belajar di ruang guru," tutur Maman.

Diakuinya, dengan memaksakan dua rombongan belajar di satu kelas menjadikan proses belajar mengajar tidak efektif sebagai mestinya.

"Memang menjadikan anak-anak jadi kurang fokus belajar tidak bisa normal, mau bagaimana lagi," ujarnya.

Sejumlah upaya permohonan untuk perbaikan ke dinas terkait sudah dilakukan, namun apa daya Kata Maman hingga dua tahun ini perbaikan seakan menjadi mimpi yang tak kunjung teralisasi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved