Bangun Kincir Air, Strategi Petani di Kampung Sukasirna Rajapolah Tasikmalaya Hadapi Musim Kemarau
Menghadapi musim kemarau, sejumlah petani di Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya
Penulis: Isep Heri Herdiansah | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Isep Heri
TRIBUNJABAR.ID, TASIKMALAYA - Menghadapi musim kemarau, sejumlah petani di Kampung Sukasirna, Desa Manggungsari, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya membangun kincir air untuk mengairi lahan sawah mereka.
Secara swadaya dan bergoyong-royong warga di sana membangun kincir untuk mengalirkan air dari aliran Sungai Citanduy.
Bahan yang digunakan membuat kincir air pun sangat sederhana menggunakan bambu dan sejumlah papan kayu.
Petani di sana mengatakan bahwa kebiasaan membangun kincir air saat kemarau melanda sudah menjadi kebiasaan turun temurun sejak 1960-an.
"Ini merupakan melanjutkan kebiasaan turun temurun dari orangtua terdahulu dari tahun 1960. Memang ada irigasi kecil tapi tidak mencukupi kebutuhan air di sawah," kata Odo Hadori (65) selaku ketua kelompok tani Sarimukti saat ditemui, Selasa (9/7/2019).
Odo mengatakan sedikitnya ada 10 hektare sawah di sana, dan untuk satu kincir air bisa mengairi sekitar setengah hektare lahan sawah.
• Kisah Sumiati, Banting Tulang Hidupi Keluarga jadi Cosplay Putri Salju, Sang Suami Kecelakaan
Sejauh ini para petani di sana sudah membangun tiga unit kincir air yang rata-rata berdiameter 5 meter.
"Kalau estimasi biaya sebesar Rp 1 juta untuk membuat satu kincir. Tapi kan bahan utama yakni bambu di sini melimpah kemudian dikerjakan juga secara berhotong royong," kata Odo saat disinggung biaya.
Biaya itu disebut dia lebih hemat dibanding harus menyedot air menggunakan mesin.
"Kalau pakai mesin harus menambah biaya bahan bakar dan operasionalnya. Kalau ini bikin sekali selama 24 jam beroperasi," ujarnya.
Untuk membuat satu unit kincir air berukuran jumbo itu para petani membutuhkan waktu selama dua hari dikerjakan sekitar 15 orang.
• BREAKING NEWS , Korban Tersangkut di Kolong Kereta Api lalu Terlindas hingga Tewas
Di sisi lain, kincir air yang dibuat juga bisa bertahan sepanjang musim kemarau dengan perawatan yang mudah.
"Perawatannya paling ngecek tiap hari memastikan tidak ada sampah yang nyangkut dan mengganggu laju kincir," tuturnya.
Berkat adanya kebiasaan membuat kincir air ini, sejumlah petani di Desa Manggungsari tersebut tetap bisa bercocok tanam meski kemarau panjang melanda.