Penggunaan WhatsApp dan Instagram Dibatasi, Menkominfo Rudiantara: Tunggu Kondusif Ya
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, buka suara mengenai waktu pembatasan penggunaan media sosial semisal Instagram dan aplikasi pesan instan
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara, buka suara mengenai waktu pembatasan penggunaan media sosial semisal Instagram dan aplikasi pesan instan WhatsApp.
Ia mengatakan pembatasan penggunaan media sosial berhenti ketika situasi kondusif.
Itu pun bergantung pada instruksi pihak keamanan.
"Tunggu kondusif ya, yang bisa menyatakan suasana kondusif atau tidak tentu dari pihak keamanan. Dari sisi intelijen dari sisi Polri dari sisi TNI, kalau kondusif kita akan buka akan fungsikan kembali fitur-fitur. Karena saya sendiripun merasakan dampak yang saya buat sendiri," kata Rudiantara sebagaimana dari Tribunnews.com, Jumat (24/5/2019).
• Gara-gara Kerusuhan di Jakarta, Penjual Rokok Ini Kehilangan Barang Dagangan dan Tabungan Rp 8 Juta
Rudiantara pun meminta maaf pada masyarakat atas kerugian yang dialami dalam pembatasan sementara akses media sosial dan aplikasi berkirim pesan ini.
Ia berharap masyarakat dapat memahami tujuan dari pembatasan tersebut.
"Saya mohon maaf apabila ada yang dirugikan. Saya mohon pengertiannya masyarakat yang terdampak," kata Rudiantara dalam wawancara dengan Kompas TV.
Pasca-kericuhan setelah pengumuman hasil Pemilu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menyatakan telah membatasi akses media sosial untuk pengguna internet di Indonesia mulai Rabu (22/5/2019).
Langkah tersebut dilakukan untuk meredam penyebaran kabar bohong yang membuat situasi semakin panas.
Kominfo tidak membatasi seluruh akses ke media sosial, melainkan hanya beberapa fitur saja yang rawan disalahgunakan.
WhatsApp dibatasi tidak bisa mengirim dan menerima foto dan video.
Facebook dan Instagram juga mendapat perlakuan yang sama.
Rudiantara menilai, pembatasan penggunaan sementara ini sukses menahan penyebaran hoaks terkait aksi 22 Mei lalu.
Menurutnya, jika pemblokiran ini tidak dilakukan, maka konten hoaks dapat menyebar melalui foto maupun video di media sosial.
"Efektif menahan hoaks. Blokir ini efektif terutama untuk penyebaran video, karena kalau video itu efeknya lebih besar dibandingkan dengan foto. Video itu paling cepat menyentuh emosi," lanjutnya.
• Terungkap, Daftar Orang yang Jadi Target Penculikan dan Polisi Sudah Tahu Siapa Dalang Kerusuhan