Kisah Warkina, Guru Honorer di Cirebon yang Dapat Banyak Penghargaan Hingga Level Nasional
Warkina meraih penghargaan sebagai juara 1 Taman Bacaan tingkat Kabupaten Cirebon. Ia pernah meraih berbagai penghargaan tingkat provinsi dan nasional
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON- Senyum sumringah mengiringi langkah, Warkina (40), saat mamanya dipanggil dalam Apel Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Stadion Ranggajati, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Kamis (2/5/2019).
Warkina adalah guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Suranenggala Kabupaten Cirebon.
Pria yang memakai batik itu langsung melangkah cepat ke hadapan Penjabat Bupati Cirebon, Dicky Saromi, dan menerima penghargaan sebuah trofi, piagam, dan sepeda motor.
Kali ini, Warkina meraih penghargaan sebagai juara 1 Taman Bacaan tingkat Kabupaten Cirebon. Sebelumnya, Warkina pernah meraih berbagai penghargaan tingkat nasional dan provinsi.
Penghargaan sebelumnya yaitu Jasa Dharma Pustaloka dari Purpesnas tahun 2018, Insan Peduli Paud dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun 2018, dan Pelopor Pemberdayaan Pendidikan dari Gubernur Jawa Barat tahun 2017.
• Guru SDN Pasir Kaliki Selalu Terlambat Rapat di Disdik Sumedang Karena Ini
• Hardiknas, Murid SDN Cikandang Sumedang Masih Harus Lewati Jembatan Apung Reyot untuk Sekolah

Setelah mendapatkan penghargaan itu, Warkina langsung disambut oleh istrinya, Maniah (35) beserta kedua anak mereka, Pondia (11) dan Legis (8 bulan). Keluarga kecil itu pun berswafoto.
Tak hanya keluarganya, banyak orang dan pejabat yang sontak menghampiri Warkina dan memberikan ucapan selamat.
Sebagai guru honorer, Warkina mengajar di SMPN 2 Suranenggala sejak tahun 2014. Ia dibayar Rp 30 ribu per jam. Dalam seminggu, dia mengajar selama 18 jam.
"Sejak lulus SMA tahun 1999, saya sudah mengajar di berbagai sekolah. Pernah di Paud, di SMP, dan sekarang di SMPN 2 Suranenggala," kata Warkina.
Taman Bacaannya yang mendapat penghargaan itu, diberi nama "Podo Moco" yang artinya Semua Membaca. Podo Moco sendiri diambil dari Bahasa Cirebon.
Komunitas literasinya itu didirikan sejak tahun 2011 yang bermula dari keprihatinan Warkina melihat kurangnya minat membaca anak-anak di desanya.
Selain itu, anak ketiga dari enam bersaudara ini ingin melihat masyarakat terbiasa memegang buku, bahkan menginginkan untuk membacanya.
• Momentum Hardiknas, Pemkot Tasikmalaya Wacanakan Daerahnya Menjadi Kota Pendidikan
• Pemkab Cirebon Mau Beri Insentif Rp 100 Ribu untuk Guru Honorer
"Saya lihat pendidikan kadang dilihat praktis, tidak ada proses sehingga di lingkungan itu harus menempuh proses pendidikan dalam berbagai proses," tambah Warkina.
Dia percaya, orang yang tidak malu membawa buku bukan hanya kalangan pelajar saja tetapi juga masyarakat.