Terduga Teroris yang Ditangkap di Klaten Tinggalkan Suami dan Anaknya, Nikahi Terduga Teroris Lain

"Enggak (terpapar), makanya karena suami dan anaknya tidak mengikuti apa yang dikehendaki, (YS) meninggalkan suaminya," kata Dedi di Gedung Humas Mabe

Editor: Theofilus Richard
TRIBUN MEDAN
Suasana saat Tim Densus 88 Anti Teror Mabes Polri dan Tim Gegana lakukan penggeledahan yang diduga bahan peledak seberat 30 Kg di kediaman rumah Simanjuntak, Jalan Kutilang, Kelurahan Aek Habil, Kecamatan Sibolga Selatan. 

TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menuturkan, keluarga terduga teroris YS yang ditangkap di Klaten, Jawa Tengah, tidak terpapar radikalisme.

Hal itu yang membuat YS tega meninggalkan suami serta anaknya untuk bergabung dengan kelompok teroris jaringan Sibolga.

"Enggak (terpapar), makanya karena suami dan anaknya tidak mengikuti apa yang dikehendaki, (YS) meninggalkan suaminya," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2019).

Setelah meninggalkan keluarganya, YS pun disebutkan akan menikah dengan terduga teroris Husain alias Abu Hamzah (AH), seorang tokoh penting di jaringan Sibolga.

YS juga berencana menjual rumah dan tanahnya yang akan digunakan sebagai modal untuk melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan.

Klub Judo Asal Kota Bogor UJC Berhasi Rebut Gelar Juara Kompetisi Antar Pelajar Tingkat Jabar 2019

Densus 88 Ringkus Terduga Teroris di Kaltim, Ditelusuri dari Komunikasi di Medsos

YS bahkan sudah mendapatkan down payment sebesar Rp 5 juta. Sebagiannya diberikan kepada P, terduga teroris jaringan Sibolga yang ditangkap di Lampung, sebagai uang transportasi.

Namun, rencana tersebut gagal karena P ditangkap terlebih dahulu di Lampung, Sabtu (9/3/2019). Kemudian, aparat menangkap AH di Sibolga, Sumatera Utara, Selasa (13/3/2019).

"AH kebetulan ketangkap, padahal dia (YS) mau nyusul dengan menggadaikan rumah dan tanahnya. Sudah dapat DP Rp 5 juta, dibawa ke Lampung, ketemu P, kasih P Rp 3 juta, kirim ke sono untuk beli alat-alat, beli bahan peledak," ujarnya.

Diketahui, YS alias Khodijah ditangkap aparat di Klaten, Jawa Tengah, pada Kamis (14/3/2019) sore.

Namun, YS tewas karena diduga bunuh diri dengan cara menenggak zat kimia keras. Aparat menemukan YS dalam kondisi sakit pada Senin (18/3/2019).

Saat itu ia sedang diperiksa di rutan Polda Metro Jaya, Jakarta. Setelah pertolongan pertama tidak membuahkan hasil, aparat melarikan YS ke rumah sakit.

Akan tetapi, nyawa YS tidak tertolong. Para terduga teroris ini diduga tergabung dalam satu jaringan teroris Jamaah Ansharut Daullah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS. (Kompas.com/Devina Halim)

PSI dan 4 Parpol Baru Terancam Hanya Sampai 17 April, Ini Penjelasan Pakar Politik dan Pemerintahan

Romahurmuziy Mengeluh Sakit saat Hendak Dibawa KPK dari Tahanan, Pemeriksaan Perdana Ditunda

Teroris Penembakan Massal di Masjid Selandia Baru Kemungkinan Diisolasi Karena Alasan Ini

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved