Masjid, Gereja, dan Vihara Menyatu di Kampung Toleransi Kota Bandung
Di Kampung Toleransi yang ada di permukiman padat penduduk itu, tampak beberapa rumah ibadah dari agama yang berbeda berdiri berdekatan
Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Kampung Toleransi yang berlokasi di RW 04 Kelurahan Jamika, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung, menjadi cermin keanekaragaman budaya dan agama.
Kampung toleransi yang terdiri dari 16 RT itu, sesuai namanya, selalu menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama.
Ketika Tribun Jabar menyambangi Kampung Toleransi yang ada di permukiman padat penduduk itu, tampak beberapa rumah ibadah dari agama yang berbeda tetapi berdekatan.
Letak rumah ibadah tersebut saling bersebelahan, misalnya tembok Masjid Jamie Al Asror dengan vihara Ratnapani berdempetan dan hanya berjarak satu setengah meter.
Beberapa meter dari dua bangunan rumah ibadah itu, ada gereja Rehoboth.
• Semarak Pesta Demokrasi di Kampung Toleransi Bandung
• Toleransi dan Pemandangan Menarik di Kampung Toleransi Patut Dicontoh
Sekretaris RW 04 Kampung Toleransi, Jahja Kosim (59) mengatakan, Kampung Toleransi Jamika ini diresmikan pada 20 Agustus 2017 oleh Ridwan Kamil yang saat itu masih menjabat Wali Kota Bandung.
Namun, kerukunan beragama di sana sudah ada sejak dahulu, jauh sebelum diberi nama resmi Kampung Toleransi.
"Pemerintah hanya meresmikan saja, selebihnya ya pemerintah menyemangati kita jangan sampai pudar. Jadi kalau anggaran kita prinsipnya udunan dari masyarakat," ujar Jahja kepada Tribun Jabar, Selasa (5/2/2019).
Jahja menuturkan, nilai-nilai toleransi yang dijalankan oleh warga Kampung Toleransi dengan saling membantu ketika ada kegiatan keagamaan dan hari raya.
"Kalau cerita akidah masing-masing tapi kalau ikut serta atau memeriahkan kita sama-sama. Misal tahun lalu ada buka bareng (bukber), penyelenggara vihara di kampung toleransi mengkonsolidasikan dari aparat setempat RT RW," ujarnya.

Jahja yang merupakan penganut Nasrani mengaku banyak belajar dari agama lainnya ketika tinggal di kampung ini.
"Selama ini saya belum pernah ke masjid tapi setelah ada (Kampung Toleransi), saya diajak di halaman masjid, saat Idul Adha saya diajak makan bareng. Saya ke Vihara belum pernah, tapi setelah itu karena suka ada rapat, ya ke Vihara," ujar Jahja.
Di RW 4 di Kampung Toleransi, terdapat empat gereja, empat masjid dan dua vihara.
Jahja menjelaskan masjid dan vihara itu sudah ada sekitar tahun 1997.
Jahja berharap keberagaman ini bisa terus diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya, bahkan kalau bisa dijadikan percontohan dan bisa dijalankan ke daerah lainnya.
"Mudahan-mudahan apa yang sudah diturunkan bisa mewariskan ke generasi berikutnya. Kita juga berharap bisa jadi contoh ada cara untuk masyarakat untuk saling bantu," ujarnya.