Keluarga Mulyadi, Satu-satunya Keluarga di Purwakarta yang Konsisten Membuat Dodol Cina
Keluarga Mulyadi merupakan satu-satunya keluarga di Purwakarta yang konsisten hingga kini membuat Dodol Cina.
Penulis: Haryanto | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Produksi kue keranjang atau kerap disebut Dodol Cina saat Imlek kali ini di Purwakarta mengalami penurunan.
Seperti dikatakan oleh perajin kue khas Imlek di Purwakarta, Mulyadi (68) saat ditemui di rumah produksinya, Gang Bayeman, Nagri Kaler, Purwakarta.
Keluarga Mulyadi merupakan satu-satunya keluarga di Purwakarta yang konsisten hingga kini membuat Dodol Cina.
Mulyadi mengatakan pada Imlek 2019, permintaan Dodol Cina ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
"Di tahun ini ada penurunan permintaan. Makanya, produksi kami hanya sebanyak 1,8 ton beras ketan putih," kata Mulyadi di sela kegiatannya membuat dodol, Senin (4/2/2019).
Padahal, pada Imlek tahun lalu pihaknya membuat kue khas tersendiri mencapai 2,5 ton beras ketan putih.
Diketahui, produksinya pada 2018 bisa mencapai 400-an kilogram perharinya, namun kini hanya setengahnya.
Meski begitu, kue keranjangnya ini tetap diproduksi. Sebab, kue berwarna merah kecokelatan ini, merupakan penganan wajib saat imlek dan perayaan gong xi fat cai.
Selain itu Dodol Cina yang dikenal oleh pelanggannya sebagai dodol Ko Pie Kong ini, diketahui adalah produsen dodol satu-satunya di Purwakarta.
"Ya, tetep produksi meski ada penurunan permintaan. Kalau tidak dijual jelang tahun baru Cina, susah laku," ujarnya.
• Sidang Suap Meikarta, Jaksa KPK Minta Hakim Tetapkan Melda Peni Lestari jadi Tersangka Sumpah Palsu
Dia pun menyebukant tahun ini harga kue keranjang buatannya mengalami penurunan harga.
Tadinya dijual seharga Rp 40 ribu per kilogram, tapi tahun ini, hanya Rp 35 ribu per kilogram. Selain itu harga dodol cinanya itu dijual eceran dengan harga Rp 12.500.
Dia menjelaskan meski ada penurunan harga, kualitasnya tidak pernah akan diturunkan, bahkan sejak pertama kali memproduksinya.
Sebab, keterampilan dia membuat kue keranjang itu adalah hasil dari ibu kandungnya, atau turun temurun.