Gempa Donggala
BMKG Ungkap Alasan Akhiri Peringatan Dini Tsunami Palu, Peneliti Sebut Ada yang Lupa Diperhitungkan
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Rahmat Triyono menuturkan
TRIBUNJABAR.ID- Salah satu yang menjadi perbincangan warganet di tengah kepanikan gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah adalah pengakhiran peringatan dini tsunami pada Jumat (28/9/2017) pukul 17.36 WIB.
Pengakhiran peringatan dini sejenak membuat lega tetapi berakhir dengan kebingungan karena diikuti dengan viralnya video tsunami Palu.
Sejumlah warganet mengungkapkan kebingungan mereka...
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Rahmat Triyono menuturkan bahwa pengakhiran peringatan dini sudah sesuai aturannya.
"Peringatan dini diakhiri ketika air yang masuk ke darat surut, bukan kami mengakhiri ketika air di laut surut," katanya dalam konferensi pers pada Jumat lalu.
• Jadwal MotoGP Thailand 2018 - Pertama Kalinya Negeri Gajah Putih jadi Tuan Rumah
• Korban Tewas Akibat Gempa dan Tsunami Sulawesi Tengah: Palu 821 Orang dan Donggala 11 Orang
Pengakhiran peringatan dini tsunami didasarkan pada hasil pengamatan dan pemodelan tsunami yang terjadi di Mamuju.
Setelah gempa bermagnitudo 7,4 pada Jumat pukul 17.02 WIB, tsunami yang terjadi di Mamuju diperkirakan hanya 0,5 meter.
Hasil pengamatan di Mamuju menunjukkan memang tidak ada tsunami besar. Ditambah lagi, mekanisme gempa sesar geser sehingga potensi terjadinya tsunami kecil.
"Kenapa kami mengakhiri? Karena data tides gauge (hasil pengamatan di lapangan) tidak signifikan. Hanya 6 cm," kata Rahmat.
"Selain itu kalau kelamaan nanti siapa yang melakukan pertolongan. Nanti kalau kami tidak segera mengakhiri tidak ada penyelamatan di sana karena masih rentang waktu warning," katanya.
Tentang tsunami yang kemudian menghantam Palu, BMKG mengatakan bahwa gelombang datang pada saat masih dalam periode peringatan dini. Meskipun demikian, BMKG mengakui bahwa tsunami tersebut luput dari perhitungan.
Penuturan Peristiwa G30S/PKI dari Saksi Hidup, Lolos dari Maut Karena Tertidur di Kolong Truk https://t.co/Npb1EmDipn via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 30, 2018
Alasannya, tidak ada data yang dapat diandalkan dari Palu. "Di Palu tidak alatnya, tidak ada tide gauge," tegas Rahmat ketika dihubungi oleh Kompas.com pada Minggu (30/9/2018).
"Tides gauge itu yang mengoperasionalkan itu Badan Informasi Geoparsial. Untuk mengakhiri warning SOP-nya memang salah satunya ada data observasi dari tides gauge yang diberikan oleh BIG."
Begitulah, BMKG memutuskan mengakhiri peringatan dini. Alasan utamanya adalah pada penyelamatan korban gempa.