Trending Topik Twitter Nomor 1, #RupiahLongsorJokowiLengser
Trending topik twitter Rabu (5/6/2018), #RupiahLongsorJokowiLengser menempati posisi pertama dari 10 trending topik terpopuler.
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Trending topik twitter Rabu (5/6/2018), #RupiahLongsorJokowiLengser menempati posisi pertama dari 10 trending topik terpopuler.
Tercatat, ada 15 ribu lebih, cuitan yang menggunakan hastag (tagar) #RupiahLongsorJokowiLengser.
Pengguna twitter kebanyakan menggunakan hastag tersebut dibarengi dengan hastag #2019gantipresiden.
Sejumlah imej, meme, maupun potongan video dikaitkan dengan kegiatan atau ucapan yang dilakukan Presiden Joko Widodo di masa lampau.
Selain itu, netizen di Instagram juga menautkan berita-berita terkait dengan rupiah yang melemah terhadap dollar Amerika Serikat.
• Suami-Istri Ditemukan Tewas Berpelukan di Lapas, Diduga Minum Racun
Seperti diketahui, kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika memang sedang melemah. Bahkan kurs rupiah terhadap dollar nyaris Rp 15 Ribu.
Selasa (5/9/2019), sejumlah menteri bidang ekonomi dipanggil Jokoi untuk membahas tiga masalah penting.
Seusai pertemuan itu, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan akan melakukan patroli terhadap spekulan dolar dan mengetatkan impor.
Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemarin, juga berkomentar soal rupiah yang melemah.
• Jabar Masih Berpotensi Diterpa Angin Kencang
Dia mengajak masyarakat untuk ikut membantu pemerintah menjaga kekuatan rupiah terhadap dolar.
Caranya untuk tidak mengimpor barang-barang mewah, seperti mobil Ferrai, lamboghini, dan tas-tas mahal.
• Pembegal Mahasiswi STT Tekstil, Satu Ditembak Mati, Satu Lainnya Ditembak Kakinya
Pengamat Ekonomi Rizal Ramli mengatakan, telah memberikan peringatan kepada pemerintah soal potensi rupiah ambuk, dua tahun lalu.
Ramalan itu terjadi hari ini, rupiah melemah dan cadangan devisa Indoensia minim.
Dia mengingatkan jika pemerintah tidak melakukan terobosan dan inovasi mengatasi melemahkan rupiah, dikhawatirkan Indonesia mengalami krisis keuangan yang dampaknya bisa lebih parah dari krisis keuangan 2018.