Tien Soeharto Didatangi Peramal India, Nasib Mujur Soeharto yang Jadi Orang Nomor Satu Dibeberkan
Entah siapa yang mengajak peramal itu datang ke rumah Soeharto, namun ia dipersilahkan masuk oleh Tien Soeharto.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID - Terpilihnya Soeharto menjadi presiden menggantikan Soekarno pernah diramalkan oleh seorang pria keturunan India.
Peramal tersebut mendatangi istri Soeharto, Tien Soeharto di kediamannya di Jalan Agus Salim, Jakarta.
Melansir Tribun Jatim yang mengutip dari buku Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia, peramal itu berumur kira-kira 50 tahun.
Ia berbicara menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.
Entah siapa yang mengajaknya datang ke rumah Soeharto, peramal itu dipersilakan masuk oleh Tien Soeharto.
Setelah diminta duduk, peramal itu menawarkan dagangannya berupa batu permata berwarna-warni.
Tien Soeharto tidak menunjukan ketertarikan terhadap batu permata itu.
Peramal itu tidak habis akal. Ia langsung menawarkan dagangannya yang lain, yakni jasa meramal.
Hal tersebut membuat Tien Soeharto tertarik.
Ia yang diliputi rasa penasaran meminta peramal tersebut menceritakan apa yang diketahuinya.
"Sekadar mengisi keisengan saya setuju saja. Setelah orang itu melakukan cara-cara sesuai 'ilmunya', ia lalu menceritakan keadaan masa lalu saya," ujar Tien Soeharto.
Ternyata cerita tentang masa lalu Tien Soeharto yang dituturkan oleh peramal tersebut banyak yang cocok.
Cerita peramal tersebut sama seperti yang dialami oleh Tien Soeharto.
Oleh sebab itu, Tien Soeharto semakin penasaran dan ingin mendengar cerita lainnya.
"Saya jadi penasaran sehingga ingin tahu lebih lanjut apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang," katanya.
Percakapan antara Tien Soeharto dan peramal itu berlanjut sampai dengan pembahasan mengenai nasib Soeharto.
Ternyata, hasil 'terawangannya' peramal tersebut tak diduga oleh Tien Soeharto.
"Madam.. suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang (Soekarno)," kata sang peramal.
Tien Soeharto hanya tersenyum dan tidak mempercayai ucapan peramal tersebut.
Baginya, hal tersebut tak mungkin terjadi sebab saat itu, Soeharto masih berpangkat mayor jenderal dan hanya menjabat sebagai Pangkostrad.
"Ah, tak mungkin... suami saya hanya seorang perwira tinggi TNI AD. Sebagai Panglima Kostrad. Sesekali hanya mewakili Menteri atau Panglima AD. Itupun sudah berat sekali. Saya tidak percaya," kata istri Soekarno itu.
Peramal tersebut tidak ambil pusing bila Tien Soekarno tak mempercayainya.
Ia tidak memaksa agar Tien Soeharto percaya.
Setelah mengutarakan ramalannya, ia meminta imbalan.
Imbalan ramalan tersebut ternyata cukup mahal pada saat itu.
"Forty thousand (empat puluh ribu rupiah)," ucap sang peramal.
Tien Soeharto salah mendengar, ia mengira peramal itu meminta imbaran fourteen thousand (empat belas ribu).
"Madam, not fourteen but fourty," kata peramal ketika Tien Soeharto salah memberikan jumlah uang.
Tien Soeharto menyesal sudah mendengarkan ramalan itu.
Sebab, imbalannya terlalu mahal sementara gaji suaminya pas-pasan.
"Mengapa untuk hal begini saja, cuma sekadar iseng-iseng kok harus merogoh saku empat puluh ribu yang pada waktu itu tergolong jumlah yang banyak," kenang Tien Soeharto.
Setelah mendapat uang, peramal tersebut langsung pergi.
Tien Soeharto mengaku tak pernah bertemu dengan sang peramal itu lagi.
Di kemudian hari, ternyata ramalan tersebut menjadi kenyataan.
Soeharto menjadi tokoh yang menghadapi kudeta PKI dan menggantikan Soekarno menjadi presiden.
• Kisah Tien Soeharto, 12 Bulan Berada dalam Kandungan Ibunda, Lahir Setelah Dibawa ke Kandang Kambing

Soeharto Menangis Ditinggal Istrinya
Satu peristiwa yang membuat Soeharto meneteskan air mata adalah saat istrinya, Tien Soeharto meninggal dunia.
Satyanegara, dokter ahli bedah saraf yang juga anggota Tim Dokter Kepresidenan menceritakan kepiluan Soeharto ditinggal istrinya.
"Ketika itu 28 April 1996, saya mendapat kabar bahwa Ibu Tien meninggal dunia," kata Satya dalam buku Pak Harto, The Untold Stories yang dikutip dari Kompas.com.
Satyanegara pergi ke rumah duka di Jalan Cendana sekitar pukul 07.00 WIB.
Saat itu, jenazah Tien Soeharto dibaringkan di ruang tamu.
Satya menemui Presiden Rebuplik Indonesia yang ke-2 untuk mengucapkan belasungkawa.
"Pak Harto memeluk saya, kemudian berkata sangat perlahan, 'Piye to, kok ora iso ditolong...? (Bagaimana, kok tidak bisa ditolong?)'," ujar Satya yang menirukan ucapan Soeharto.
Dokter itu tidak bisa berkata-kata saat mendengar ucapan Soeharto.
Ia hanya terdiam melihat The Smilling General menangis.
Seoharto beberapa kali mengusap tetesan air matanya dengan sapu tangan.
"Saya hanya tertegun, turut merasakan dalamnya kepiluan di hati Pak Harto," ucapnya.
Setelah kepergian istrinya, Soeharto sering menghabiskan waktu di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Soeharto meminta anak-anaknya untuk mengantarnya ke TMII.
Di sana, Soeharto hanya duduk terdiam sambil memegang tongkat jalannya.
Soeharto melepas rindu dan mengenang saat bersama sang istri.
"Walau bicaranya sudah tidak jelas tapi saya bisa mengerti isi perkataan beliau. Pak Harto bilang, 'Saya rindu pada Ibu dan setiap saya merindukan Ibu, Taman Mini ini yang membuat kerinduan saya terobati," kata Bambang Sutanto, mantan pimpinan TMII.
TMII memang dibangun atas gagasan Tien Soeharto.
Saat itu, Soeharto membela proyek TMII yang diprotes karena dianggap tak bermanfaat dan mubazir.
Semasa hidupnya, Tien Soeharto sering mengunjungi TMII bersama suaminya.