Lulusan Cumlaude ITB Ini, Buat Alat Pengdiagnosis Kondisi AC Sebagai Tugas Akhirnya
Seperti diketahui, Bobbi berhasil menorehkan prestasi luar biasa selama kuliah di program studi teknik elektro ITB.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Yudha Maulana
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Bobbi Winema Yogatama bersama dua teman mahasiswanya, Zulfikar Yahya (23) dan Eka Nur Prasetiani (22) mengembangkan produk prototipe bernama ACDoctor agar bisa lulus dari program studi teknik elektro Institut Teknologi Bandung (ITB).
Seperti diketahui, Bobbi berhasil menorehkan prestasi luar biasa selama kuliah di program studi teknik elektro ITB.
Pria berumur 22 tahun itu lulus dengan menyandang predikat cum laude bahkan dengan IPK sempurna yaitu 4.00 dalam wisuda ketiga ITB tahun akademik 2017/2018.
Tribun Jabar pun berkesempatan berbincang dengan pria asal Bandung itu pada Rabu (25/7/2018) di kampus ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung.
• Temuan Barang Ganjil di Ruang Tahanan Setya Novanto, Menkumham: Itu Bukan Sel Setya Novanto
"Judul tugas akhirnya, "ACDoctor: Alat Diagnosa Air Conditioner dengan Sensor Networks". Jadi di Prodi kami itu tugas akhirnya memang bikin produk. Alat atau produk yang kami kembangkan adalah alat untuk mendiagnosis air conditioner atau AC," ujar Bobbi.

Dia menjelaskan, dalam satu gedung, 60 persen komposisi listrik dipakai oleh mesin pendingin.
Seringkali juga ada AC yang sudah tak dapat beroperasi secara baik, atau mengalami masalah.
"Tapi pengguna enggak tahu ada masalah di AC-nya. Enggak nyadar AC-nya sedingin seharusnya," kata Bobbi.
"Jadi alat ini ada empat subsistem. Dipasang di AC. Dia ini bisa ngasih tahu penggunaanya performa ac sudah seperti apa, terus ada masalah apa, misal kotor atau freonnya abis," sambungnya.
• PSIS Semarang Cuci Gudang, Coret Tujuh Pemain Lokal dan Ngotot Datangkan Dua Pemain Persib Bandung
Topik soal AC tersebut, kata Bobbi, dipilih bukan tanpa alasan.
"Karena saya ngerasa di situ masalahnya menarik. Masalahnya nyata," ujarnya.
Produk yang sudah dikembangkan sejak setahun yang lalu itu, masih berada dalam tahap prototipe.
Dari sekitar setahun yang lalu dikembangkan, sudah sekitar Rp 12 juta dihabiskan oleh Bobbi dan dua temannya.
"Kalau kendala pasti banyak. Misal, bikin desain, dicobain, terus ada masalah," kata Bobbi.