Tahun Ajaran Baru, Ruang Kelas di SMPN 7 Purwakarta yang Rusak Berat Masih Belum Juga Diperbaiki.
Padahal, setelah robohnya pohon berusia lebih dari 25 tahun itu, para pejabat Dinas Pendidikan hingga Camat Purwakarta berlomba mendatangi sekolah.
Penulis: Haryanto | Editor: Seli Andina Miranti
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNJABAR.ID, PURWAKARTA - Ruang kelas di SMPN 7 Purwakarta yang rusak akibat pohon tumbang pada 5 April 2018, belum kunjung diperbaiki oleh pihak terkait hingga kini.
Padahal, menurut Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Purwakarta, Dedeh M Maemunah, pihak sekolah telah mengajukan perbaikan ke kementerian pendidikan.
Masih ada tiga ruangan rusak berat di sekolah yang terletak di Jalan Veteran, Kelurahan Nagri Kaler, Purwakarta itu.
Waktu dan Lokasi Saksikan Blood Moon 28 Juli 2018, Kamu Bisa Lihat di Seluruh Indonesia https://t.co/0llRUOtqAf
— Tribun Jabar (@tribunjabar) July 18, 2018
Dedeh menyebut, kondisi itu sudah berkali-kali disampaikan ke pihak dinas. Bahkan pihaknya kerap mempertanyakan bantuan baik ke dinas maupun ke kementerian.
"Belum ada kepastian kapan bantuan itu turun. Kami juga sudah menandatangani MoU dengan Kementerian Pendidikan, namun hingga kini belum terealisasi," katanya saat ditemui di ruangannya, Rabu (18/7/2018).
Padahal, setelah robohnya pohon berusia lebih dari 25 tahun itu, para pejabat Dinas Pendidikan hingga Camat Purwakarta mendatangi sekolah.
Mereka pun berlomba menunjukkan simpati dan kepeduliannya. Berbagai bentuk janji kepada pihak sekolah pun dilontarkan.
• Peneliti ITB Kembangkan Alat Pemodelan Analog Sandbox, Kerap Dibutuhkan untuk Industri Migas
Namun ironisnya, hingga hari kedua tahun ajaran baru, ketiga kelas yang rusak itu kondisinya masih belum banyak berubah.

Atapnya masih rusak, gentingnya tak lengkap, hanya pohon besarnya saja yang sudah tidak ada di depan kelas.
Bahkan, kondisi menjadi sangat bahaya dan riskan, kata Dedeh, karena kayu atau genting bisa saja menimpa siswa yang lewat di bawahnya.
"Kami sudah sering memasang tali pembatas agar tidak ada yang melintas. Tapi, keberadaan tali pembatas itu kerap hilang, dan meski sudah berkali-kali diingatkan, masih saja ada siswa yang melintas di situ," ujar dia.
Tidak hanya berimbas kepada kenyamanan belajar siswa, pihak sekolah pun terpaksa memadatkan siswa disetiap kelasnya.
Hal itu, Dedeh menjelaskan, agar kegiatan bejar mengajar (KBM) tetap berjalan.
"Saat ini kami menerima siswa baru sesuai dengan jumlah kuota yang terdaftar di Dapodik, di mana tiap kelas maksimal menampung 32 siswa. Namun dengan kondisi tiga kelas rusak kami terpaksa mengakalinya dengan menambah jumlah siswa di tiap kelas hingga 40 siswa per kelas," ujarnya.
• Dinas Peternakan Sebut Kenaikan Harga Ayam di Garut Karena Suplai Berkurang Pascalebaran