Piala Dunia

Brasil vs Belgia, Layak Disebut Partai Final Kepagian, Keduanya Punya Materi Pemain Mental Juara

Inilah kesempatan terakhir bagi generasi emas Belgia untuk membuat sejarah. Sekarang, atau tidak sama sekali.

Editor: Kisdiantoro
Getty Images via FIFA.com
Marcelo bersama rekan setim nasional Brasil 

TRIBUNJABAR.ID - Laga perempat final Piala Dunia 2018 antara Brasil melawan Belgia layak disebut sebagai final kepagian.

Sama-sama memiliki materi yang terbilang mewah, duel di Kazan Arena pada Sabtu (7/7) dini hari nanti seakan menjadi pertandingan final yang terjadi terlalu dini.

Melihat materi pemain, kedua tim seharusnya tidak bertemu di babak perempat final. Kami seharusnya berjumpa mereka minimal di babak semifinal," kata  pemain belakang Belgia, Vincent Kompany.

Di antara kontestan Piala Dunia kali ini, tak bisa dimungkiri Belgia adalah salah satu yang memiliki materi yang sangat mewah.

Dari bawah mistar hingga ke lini depan, mereka memiliki pemain berstatus bintang. Di bawah mistar gawang mereka memiliki Thibaut Courtois.

10 Ribu Masyarakat Diundang untuk Rayakan Sweet Seventeen Kota Cimahi, Kamu Tertarik?

Di depannya ada Kompany, Jan Vertonghen, dan Alderweireld sebagai trio di lini pertahanan. Sementara di tengah, nama-nama sepert Kevin De Bruyne, Eden Hazard, Dries Mertens, Axel Witsel, hingga Marouane Fellaini siap memasok umpan matang untuk Romelu Lukaku.

Dengan sumber daya itu Belgia punya modak besar untuk merajai dunia. Skuat mereka bahkan dilabeli generasi emas karena mayoritas pemainnya merupakan tulang punggung klub-klub top Eropa.

"Istilah generasi emas sebenarnya bukan berasal dari para pemain. Kami juga tidak terlalu peduli istilah tersebut. Namun, laga melawan Brasil akan menentukan buat kami. Ada semacam level yang harus kami capai, dan kami hanya bisa mencapainya jika mampu mengalahkan Brasil," kata Kompany seperti dilansir oleh Reuters.

Kompany benar. Dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Piala Dunia 2014, Belgia sebenarnya sudah memiliki skuat mewah.

Suhu di Bandung Capai 15 Derajat Celcius, BMKG: Bukan yang Terdingin, di Lembang Pernah Sampai 9,8

Namun, mereka sulit berprestasi. Empat tahun lalu mereka takluk di tangan Argentina pada babak perempat final Piala Dunia 2014. Dua tahun berselang pada Piala Eropa 2016, Belgia terhenti di babak serupa karena kalah dari Wales.

Piala Dunia 2018 adalah puncak periode emas Kevin De Bruyne dan kawan-kawan. Dengan rata-rata usia belum mencapai 30 tahun, bisa jadi pada Piala Dunia empat tahun mendatang di Qatar, hanya Romelu Lukaku dan Yannick Carasco yang tetap menghuni skuat Setan Merah.

Artinya, inilah kesempatan terakhir bagi generasi emas Belgia untuk membuat sejarah. Sekarang, atau tidak sama sekali.

"Ini pertandingan yang diimpikan setiap pemain, menghadapi Brasil pada babak perempat final. Kami harus bisa menikmatinya. Ketika Anda menghadapi Brasil, Anda harus paham bahwa mereka adalah tim terbaik di kompetisi ini. Anda harus menerima fakta itu," kata pelatih Roberto Martinez.

Belgia sebelumnya sudah melewati tes mental saat mampu mengejar defisit dua gol dengan mencetak tiga gol balasan ke gawang Jepang dalam interval 25 menit. Namun, tak dimungkiri, skema dan gaya bermain mereka bisa menjadi santapan empuk agresivitas Brasil.

Kompany menyatakan, ia dan rekan-rekannya sudah lebih berpengalaman dan kuat secara mental dibanding empat tahun lalu. Pengalaman ini tak lepas dari kematangan para pemainnya meraih prestasi di klub dan menjalani turnamen internasional.

Antre Bukan Zamannya Lagi? PPDB SMP di Kota Tasik Menggunakan Mekanisme Daring, Full Online

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved