Ma'Nio, Abon dan Dendeng Legenda dari Garut dengan Ragam Variasi
Kurang lengkap rasanya saat berkunjung ke Kabupaten Garut tidak memboyong salah satu kuliner khasnya, yakni abon dan dendeng Ma'Nio
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Isal Mawardi
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Kurang lengkap rasanya saat berkunjung ke Kabupaten Garut tidak memboyong salah satu kuliner khasnya, yakni abon dan dendeng Ma'Nio yang berada di Jalan Cimanuk No 1, Kelurahan Muara Sanding, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut.
Sudah ada sejak 1960, diketahui Ma'Nio ini adalah produsen tertua dan terlama yang masih mempertahankan cara tradisional pengolahannya serta cita rasa yang tidak berubah sejak pertama didirikan.
Di balik berdirinya usaha dendeng dan Abon Ma'Nio, ada seseorang yakni, Wawan Wibisana (55) yang diketahui merupakan generasi keempat penerus usaha kuliner dinasti tersebut.
Nama Ma'Nio sendiri, diketahui merupakan nama buyut dari Wawan dan merupakan pelopor pertama usaha kuliner di wilayah Muara Sanding, bahkan di Kabupaten Garut.
Baca: Terakhir Naik Kuda Saat Syuting Film Nagabonar, Nurul Arifin Pun Gemetar Saat Naik Kuda di Cibiru
Sejak pertama didirikan pada 1960 sampai 1990-an, usaha kuliner ini sempat terhambat permasalahan pemasaran dan tidak banyak diketahui oleh banyak masyarakat.
Merasa terpanggil untuk melanjutkan usaha dinasti tersebut, Wawan yang saat itu berprofesi sebagai pegawai tata usaha di sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Bogor, memutuskan untuk keluar dan melanjutkan usaha turun temurun tersebut.
Wawan bercerita, sebelum ia memegang usaha ini, Ma'Nio hanya mampu memproduksi dendeng dan abon original saja, serta itu pun jarang dilirik oleh konsumen.
"Setelah keluar kerja, saya yang memegang kendali usaha warisan tersebut," kata Wawan saat ditemui di toko Ma'Nio di Jalan Cimanuk, Jum'at (6/4/2018).

Bermodalkan sedikit ilmu dari pendahulunya, di awal 2000-an, ia berpikir bagaimana usaha kecil tersebut mampu bertahan dan bersaing dengan ragam kuliner yang ada di Kabupaten Garut.
"Saya berpikir bagaimana usaha kurang modal ini menjadi usaha kecil milyuner," kata Wawan.
Berangkat dari kegigihan tersebut, ia bersama saudara-saudaranya menciptakan sejumlah varian baru dendeng dan abon, abon sapi, abon ayam, abon kalkun, abon urat, dendeng jeruk, dan dendeng pedas.
Baca: Diplomasi Kurma Deddy Mizwar Terus Berlanjut, Kali Ini Sang Nagabonar Menemui PKS
Wawan mengatakan, bila di era globalisasi ini tidak mampu berinovasi, maka dalam waktu dekat usaha kecil tersebut akan hancur dengan sendirinya, karena tidak mampu mengikuti zaman.