Pilgub Jabar

Diskusi Pilgub Jabar, Pemilih Cerdas Itu Berpikir Rasional dan Mampu Menguliti Visi Misi Calon

Pemilih cerdas yang bisa melihat visi dan misi pasangan calon gubernur dan wakilnya, mampu berpikir secara rasional jauh ke depan

Penulis: Tiah SM | Editor: Kisdiantoro
KPU
Pilkada serentak akan digelar 27 Juni 2018. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG – Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 harus bisa menciptakan pemilih yang cerdas.

hal itu menjadi pembahasan diskusi terbatas Focus Group Discussion (FGD) digelar Lembaga Kajian dan Kebijakan Hukum (LKKPH) Neraca di Hotel Bandung, Kamis (29/3/2018).

“Pemilih cerdas yang bisa melihat visi dan misi pasangan calon gubernur dan wakilnya, mampu berpikir secara rasional jauh ke depan serta pemilih yang tidak terjebak dalam politik identitas,” ujar peserta FGD, Dewek Sapta dari DPD GMNI Jabar.

Ia menyebutkan untuk menghasilkan pemilih cerdas diperlukan adanya kesadaran penuh masyarakat dalam menerima pendidikan politik yang dibangun oleh pihak media massa sehingga bisa meminimalisasi pragmatisme politik.

“Masyarakat juga harus berpikir jauh ke depan bukan hanya 5 tahunan tapi bisa sampai 20 tahun ke depan,” tegasnya.

Sementara itu, Adrian dari DPC Repdem Kabupaten Bandung menyebutkan pemilih cerdas yaitu harus dilihat bibit,bebet dan bobot pasangan calon. “Setelah itu dianalisa bibit,bebet dan bobotnya. Pemilih cerdas juga harus dilihat secara obyektif visi,misi dan program pasangan calonnya,” jelasnya.


Dengan demikian, dikatakannya, pemahaman politik menjadi penting agar masyarakat dapat rasional dalam memilih, salah satunya juga melalui pendidikan politik sejak usia dini sangat dibutuhkan masyarakat.

Rudita Hartono dari BP-Pemilu DPD PDI Perjuangan Jabar menyebutkan, masyarakat masih didominasi cara berpikir masa orde baru.

“Pendekatan PDI Perjuangan ke ekternal (masyarakat) yaitu aktivitas kaderisasi kepartaian selalu dipublikasi ke masyarakat melalui media massa dan media sosial, agar masyarakat tahu bahwa PDI Perjuangan ada di tengah masyarakat. PDI Perjuangan juga ikut aktif memantau berita HOAK dan melaporkan HOAK tersebut ke masyarakat,” ujarnya.

Dikusi sehari dihadiri, Iji Jaelani dari DPD Jaringan Kemandirian Nasional-JAMAN Jabar, Sutrisno Ketua PROJO, dan Nanang Ibrahim dari Presiden Paguyuban Pekerja Muda Peduli Indonesia.

Sutrisno mengatakan pemilih di Jawa Barat dari perspektif pendidikan masih banyak yang lulusan SMP, sehingga masih sulit untuk menciptakan pemilih cerdas di Jawa Barat.

Menurut Sutrisno pemilih di Jawa Barat yaitu masyarakat masih banyak yang menilai dari segi penampilan dan fisik calon. Selain itu, pemilih di Jawa Barat saat ini masih bersifat emosional belum rasional. Dalam menciptakan pemilih cerdas di Jawa Barat butuh waktu dan itu bukan hanya dilakukan pendidikan politik di masyarakat saja tetapi harus dari dasar pendidikan formal di masyarakat.

Sementara Presiden Paguyuban Pekerja Muda Peduli Indonesia, Nanang Ibrahim mengatakan saat ini isu Pemilu lebih booming ketimbang isu nyata sosial masyarakat.

“Misalnya masih minimalnya lapangan pekerjaan,masih adanya outsoursing dan upah rendah. Pasangan calon yang mempunyai program di sektor ketenagakerjaan,harus dilihat terlebih dahulu, program yang ditawarkan oleh pasangan calon apakah dapat merubah kehidupan baru ke depan atau tidak. Apabila tidak,maka mending tidak menggunakan hak pilihnya. Di organisasi buruh seperti PPMP sudah melakukan pendidikan politik ke dalam anggota PPMP, ” paparnya.

Ia berharap, setiap partai politik atau pasangan calon dapat memberikan program tentang ketenagakerjaan yang masuk akal bagi buruh dan dapat dirasakan secara nyata ke depan kehidupan buruh. (tiah sm)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved