"Ini Darurat" Respons Ketua DPR Soal Kasus Bullying Siswa SMP di Tangsel hingga Meninggal

Ketua DPR RI, Puan Maharani angkat bicara soal kasus bullying atau perundungan yang ramai terkuak belakangan ini, termasuk kasus siswa SMP di Tangsel

Editor: Hilda Rubiah
KOMPAS.com/Rahel
RESPONS DPR - Ketua DPR RI Puan Maharani di Istana, Jakarta, Minggu (17/8/2025). - Ketua DPR RI, Puan Maharani angkat bicara soal kasus bullying atau perundungan yang ramai terkuak belakangan ini, termasuk kasus siswa SMP di Tangsel hingga kasus ledakan di SMPN 72 Jakarta. 

TRIBUNJABAR.ID - Belakangan ini kasus bullying atau perundungan tengah menjadi sorotan publik.

Pada waktu yang bersamaan terjadi beberapa kasus terkait bullying lingkungan pendidikan atau sekolah.

Hal tersebut turut membuat pemerintah prihatin. Termasuk keprihatinan itu datang dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Baru-baru ini Ketua DPR RI, Puan Maharani angkat bicara soal kasus bullying atau perundungan yang ramai terkuak belakangan tersebut.

Baca juga: Kronologi Siswa SMP di Tangsel Meninggal Dunia Diduga Usai Jadi Korban Perundungan Teman Sekelasnya

Seperti diketahui, seorang siswa SMP di Tangerang Selatan (Tangsel) berusia 13 tahun inisial MH, meninggal dunia pada Minggu (16/11/2025) usai diduga dibully di sekolah oleh temannya berbulan-builan.

Pembullyan berat yang dialami MH sampai kepalanya dibenturkan ke tembok dan dipukul pakai bangku.

Selain MH, seorang siswa SMAN 72 Jakarta inisial FN juga disebut-sebut menjadi korban bullying hingga nekat balas dendam dengan membom sekolahnya sendiri.

Di Boyolali, Jawa tengah, seorang siswa kelas IV SD diduga menjadi korban perundungan berat hingga koma.

Menurut Puan Maharani, dengan banyaknya kasus bullyng tersebut kondisi Indonesia saat ini sedang darurat perundungan.

Hal itu disampaikan Puan Maharani dalam konferensi pers di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (18/11/2025).

"Ini merupakan satu hal yang tidak boleh terjadi dan kalau dikatakan ini darurat, saya bersama dengan pimpinan mungkin juga sudah mulai mengatakan ini sudah darurat karena sudah terjadi kembali dan terulang lagi," ujarnya.

Oleh karena itu, nantinya DPR akan memanggil sejumlah pihak, termasuk Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) hingga Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek).

Nantinya, komisi DPR RI bakal mengkaji dan mengevaluasi pola pendidikan di sekolah-sekolah.

Evaluasi juga akan melibatkan pihak profesional seperti psikolog maupun psikiater.

"Mungkin juga melibatkan pihak profesional psikolog atau psikiater atau pihak-pihak yang memang harus dilibatkan untuk mengkaji dan mengevaluasi jangan sampai hal ini terjadi," terangnya.

Puan menyebut, para pelajar dan anak-anak Indonesia merupakan generasi masa depan sehingga jangan sampai mereka melakukan perbuatan kekerasan terhadap sesama.

"Jadi kami akan meminta komisi terkait untuk memanggil kementerian atau pihak-pihak terkait untuk mengevaluasi hal tersebut dan kami sangat prihatin kejadian ini terulang kembali," tuturnya.

Puan mengaku bahwa DPR RI sangat prihatin atas adanya kasus bullying di dunia pendidikan dan meminta agar kejadian tersebut tak terulang kembali.

"Tentu saja kami dari DPR RI sangat prihatin bahwa jangan sampai terjadi dan terulang kejadian bullying yang ada di sekolah-sekolah di Indonesia, apakah itu di SD, SMP, SMA, bahkan di universitas," ungkapnya.

Baca juga: Kondisi Terkini Terduga Pelaku Bully Siswa SMP di Tangerang Selatan, Alami Tekanan Psikologis

Siswa SMPN 19 Tangsel Tewas Dibully

Diberitakan sebelumnya, siswa SMPN 19 Tangsel, MH (13) meninggal dunia setelah berbulan-bulan menjadi korban bullying.

Siswa kelas VII malang itu meninggal dunia pada Minggu (16/11/2025) setelah sekira sepekan menjalani perawatan medis di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan karena perundungan berat yang dialaminya.

Sebelum mengehembuskan napas terakhirnya, korban mengaku kepada ibunya, ia dibenturkan kepalanya dan dipukul pakai bangku oleh teman sesama siswa di sekolah pada Selasa (21/10/2025).

Sebelumnya, korban mengaku berulang kali dibully selama berbulan-bulan sejak masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) pada pertengahan Juli 2025 lalu.

Ibunda MH, Y (38), mengungkap penderitaan bully yang dialami anaknya.

MH menceritakan selalu dibully sejak awal masuk, Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), pada Juli 2025.

"Pertama kali itu awalnya pas MPLS. Awal dari MPLS udah kena juga dia, ditabokin sampai tiga kali," ujar Y saat ditemui Kompas.com di Serpong, Tangsel, Senin (10/11/2025).

"Sering ditusukin sama sedotan tangannya. Kalau lagi belajar, ditendang lengannya. Asal nulis ditendang, sama punggungnya itu dipukul," sambung dia.

Menurut Y, tindakan yang diduga bullying itu terus berlanjut hingga Oktober 2025. Puncak kejadian pada Senin (20/10/2025).

Saat itu, kata dia, sang anak mengaku dipukuli oleh orang yang sama dengan kursi besi hingga mengalami benjol di bagian kepalanya.

Namun, korban tidak langsung bercerita kepada keluarga karena takut. Terlebih, kondisi Y yang saat itu baru saja pulang dari ICU karena harus rawat jalan. 

"Dia enggak langsung bilang karena hari itu saya juga habis keluar dari ruang ICU, dia takut," kata Y.

Korban baru mengakui yang dialaminya, Selasa (21/10/2025). Saat itu, sang ibu melihat gerak gerik korban yang aneh.

Korban disebut sering linglung saat berjalan, bahkan ia melihat ada yang aneh pada gerak gerik matanya.

Y berusaha menggali peristiwa pembullyan yang sebenarnya, sampai akhirnya sang anak terbuka bercerita.

"Saya mikir, kok dijedotin tapi ada di tengah ubun-ubun gitu. Terus dia bilang, 'bukan dijedotin mah tapi dipukul pakai bangku', bangku yang kursi sekolah besi itu," kata dia. Kaget dengar pernyataan sang anak, Y langsung mengadukan hal tersebut ke pihak sekolah.

Pihak keluarga korban sudah bertemu dengan keluarga pelaku. Kesepakatan sempat didapat bahwa biaya pengobatan korban akan ditanggung.

Namun pada prosesnya, saat MH masih dirawat di RSUP Fatmawati, keluarga pelaku lepas tangan.

"Awalnya pihak pelaku mau tanggung jawab penuh. Tapi waktu korban dibawa ke RS Fatmawati, keluarga pelaku malah lepas tangan, sampai nyuruh orangtua korban cari pinjaman uang sendiri,” kata RF (29), kakak sepupu korban.

Pihak keluarga hanya ingin MH bisa kembali sembuh seperti sedia kala.

“Kondisinya lemah, agak linglung. Sejak Jumat dia sempat pingsan dan belum sadar penuh,” kata dia.

“Yang kami inginkan sekarang cuma kesembuhan adik saya. Itu saja,” harapnya.

Kepala Sekolah SMP tersebut, Firda, membenarkan, pihaknya telah melakukan mediasi pada 22 Oktober 2025. Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak disebut sudah mencapai kesepakatan.

“Sudah ada kesepakatan, pihak pelaku bertanggung jawab untuk biaya pengobatan korban,” ujar Firda.

Kini kasus perundungan almarhum MH ditangani Polres Tangsel termasuk didampingi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Puan Sebut Kasus Bullying Sudah Darurat, Siswa SMPN di Tangsel Jadi Korban hingga Meninggal Dunia

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved