Keracunan MBG di Bandung Barat

Nasib Program MBG di Jabar Ditentukan Pekan Depan, Dedi Mulyadi Khawatir Risiko Keracunan Meningkat

Dedi Mulyadi menyatakan akan menentukan kelanjutan program MBG di Jabar pada Senin (29/9/2025)

|
Penulis: Nappisah | Editor: Ravianto
Tribun Jabar/Adi Ramadhan Pratama
MASIH DIRAWAT - Korban keracunan yang masih dirawat akibat keracunan menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Posko Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (25/9/2025). Dedi Mulyadi menyatakan akan menentukan kelanjutan program MBG di Jabar pada Senin (29/9/2025) setelah berdiskusi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) wilayah Jawa Barat. 

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Tingginya angka kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat—yang tercatat sebagai provinsi dengan insiden terbanyak secara nasional—mendorong Gubernur Dedi Mulyadi untuk segera mengambil sikap tegas.

Dedi Mulyadi menyatakan akan menentukan kelanjutan program MBG di Jabar pada Senin (29/9/2025) setelah berdiskusi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) wilayah Jawa Barat.

Kasus terbaru yang menjadi perhatian serius Dedi Mulyadi adalah insiden keracunan massal di Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang menimpa lebih dari 1.000 siswa sejak Senin (22/9) hingga Rabu (24/9/2025).

Akumulasi korban ini menambah panjang daftar insiden di Jabar, yang secara nasional telah mencatat lebih dari 5.000 korban keracunan sejak awal program di tahun 2025.

Rencana Tindakan Gubernur: Audit Hingga Jarak Dapur

Gubernur Dedi Mulyadi menjelaskan, keputusan mengenai apakah program MBG akan dihentikan sementara atau dilanjutkan akan diambil usai pertemuan evaluasi menyeluruh dengan kepala BGN perwakilan wilayah Jabar.

Baca juga: BREAKING NEWS Keracunan MBG Juga Landa Cianjur: Ini Menu yang Disantap Para Siswa

"Nanti kita hari Senin akan bicara dulu dengan kepala perwakilan (BGN) wilayah Jawa Barat, bagaimana komitmen dia."

"Setelah melihat komitmennya, nanti pemerintah provinsi akan mengambil keputusan," ujar Dedi di Gedung DPRD Kota Bandung, Kamis (25/9/2025).

Dedi Mulyadi menekankan tiga poin utama yang wajib dievaluasi bersama BGN:

  • Audit Dapur: Melakukan evaluasi mendalam atau audit higienitas dapur tempat makanan diolah.
  • Evaluasi Bahan Makanan: Mengkaji ulang jenis-jenis bahan makanan yang digunakan dalam menu MBG.
  • Jam Masak dan Distribusi: Mengevaluasi waktu masak untuk memastikan waktu distribusi hingga makanan disantap oleh siswa tidak terlalu lama.

Dedi mengkhawatirkan risiko keracunan meningkat jika waktu antara masak dan konsumsi terlalu jauh.

"Karena kan kalau dimasaknya jam 12 malam, kemudian diantar ke siswanya jam 12 siang, waktunya terlalu lama."

"Sehingga harapan saya ke depan dapur itu didekatkan dengan sekolah, dan tingkat yang dilayani jumlahnya jangan terlalu banyak sampai ribuan," tegasnya.

Dedi Mulyadi berharap insiden ini menjadi perhatian serius agar program yang bertujuan baik dari Presiden Prabowo Subianto untuk meningkatkan nutrisi anak-anak Indonesia ini tidak menjadi "salah urus" dalam teknis pengelolaannya.

Jabar Tertinggi Kasus Keracunan MBG

Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan jumlah kasus keracunan terbanyak dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Sejak awal 2025, berbagai insiden keracunan massal terjadi di sejumlah kabupaten/kota hingga menimbulkan ribuan korban.

Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari mengungkapkan berdasarkan catatan Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tercatat lebih dari 5.000 siswa di berbagai daerah menjadi korban keracunan sejak program ini berjalan pada awal 2025.

“Data dari Kemenkes menunjukkan ada 60 kasus dengan 5.207 penderita per 16 September 2025."

"Sementara data BPOM mencatat 55 kasus dengan 5.320 penderita per 10 September 2025,” ungkap Qodari, dikutip Kamis (25/9/2025).

Jawa Barat menjadi provinsi dengan kasus keracunan MBG terbanyak. Puncaknya terjadi pada Agustus 2025, dengan sebaran insiden terbanyak di wilayah tersebut. 

Dalam dua hari terakhir, peristiwa keracunan massal kembali terjadi di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Sukabumi.

Di Bandung Barat, keracunan massal tercatat menimpa total 1.315 siswa sejak Senin (22/9) sampai Kamis (25/9). 

Sementara di Sukabumi, lima siswa dilaporkan keracunan usai mengonsumsi makanan MBG pada Rabu (24/9/2025).

Selain itu, kasus serupa juga pernah terjadi di Garut pada Kamis (18/9/2025) dengan korban mencapai 150 siswa.

Akumulasi kasus ini menambah panjang daftar insiden keracunan massal di Jawa Barat.

Qodari menjelaskan, setidaknya ada empat indikator yang menjadi penyebab utama keracunan MBG, yakni rendahnya higienitas makanan, ketidaksesuaian suhu dan pengolahan pangan, kontaminasi silang dari petugas, serta adanya indikasi sebagian kasus dipicu oleh alergi pada penerima manfaat.

Menurut Ubaid Matraji, Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) alih-alih menyehatkan, MBG justru telah menelan ribuan korban. 

"Dalam sepekan terakhir terjadi lonjakan ribuan korban keracunan secara nasional per 14 September 2025, ada 5.360 anak korban keracunan MBG. Lebih lanjut, sampai 21 September 2025, korban keracunan bertambah menjadi 6.452 anak," ujarnya, saat dikonfirmasi Tribunjabar.id melalui WhatsApp, Kamis (25/9/2025). 

 Artinya, kata dia, hanya dalam waktu sepekan, korban keracunan MBG bertambah 1.092 anak. 

Ia menyebutkan kasus keracunan MBG di Jawa Barat mencapai 2.012 kasus sedangkan di Yogyakarta 1.047 kasus. Sementara di Jawa Tengah 722 kasus, Bengkulu 539 kasus, Sulawesi Tengah 446 kasus. 

"Kondisi yang tak normal ini mestinya pemerintah harus menetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan program dihentikan sementara untuk evaluasi menyeluruh," tutur Ubaid. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved