Harga Emas Tembus Level Tertinggi, Pilih Ambil Cuan atau Tunggu Naik Lagi? Simak Analisisnya

Rekor ini langsung berimbas ke pasar domestik, mendorong harga emas Antam mendekati Rp 2.035.000 per gram.

Penulis: Nappisah | Editor: Muhamad Syarif Abdussalam
Canva
ILUSTRASI HARGA EMAS - Harga emas dunia menembus level tertinggi sepanjang sejarah, berkisar US$ 3.526–3.549 per troy ounce pada Rabu (3/9/2025). Rekor ini langsung berimbas ke pasar domestik, mendorong harga emas Antam mendekati Rp 2.035.000 per gram. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Nappisah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Harga emas dunia menembus level tertinggi sepanjang sejarah, berkisar US$ 3.526–3.549 per troy ounce pada Rabu (3/9/2025).

Rekor ini langsung berimbas ke pasar domestik, mendorong harga emas Antam mendekati Rp 2.035.000 per gram.

Kenaikan harga emas ini bukan kebetulan. Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy, pakar ekonomi dari Universitas Islam Nusantara (Uninus) sekaligus praktisi keuangan, menyebut ada beberapa faktor pendorong: ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, dolar AS yang melemah, dan gejolak geopolitik yang bikin emas kembali jadi tempat berlindung paling aman.

“Kenaikan ini dipicu oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, pelemahan dolar AS, dan meningkatnya permintaan safe haven di tengah ketidakpastian geopolitik,” ujar Rizaldy, kepada Tribunjabar.id, Rabu (3/9/2025). 

Bagi pemegang emas, kondisi harga yang menyentuh puncak historis membuka dua opsi strategis: menjual sebagian atau tetap bertahan. 

Harga emas, kata dia, masih berpotensi menembus US$ 3.600–3.900 dalam jangka pendek hingga menengah, bahkan diproyeksikan bisa mencapai US$ 4.000 pada 2026. 

"Dengan kondisi inflasi global dan ketidakpastian ekonomi, emas dinilai tetap menjadi aset lindung nilai yang aman," imbuhnya. 

Rizaldy menuturkan, saat harga sudah menyentuh puncak historis, ada dua pilihan yang sama-sama masuk akal: jual sebagian untuk amankan cuan, atau tahan dengan risiko harga masih bisa naik lebih tinggi.

Praktisi Keuangan sekaligus Pengamat Ekonomi dari Uninus, Dr Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy.
Praktisi Keuangan sekaligus Pengamat Ekonomi dari Uninus, Dr Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy. (dokumen pribadi)

“Karena harganya sudah berada di level puncak, strategi yang bijak adalah menjual sebagian untuk mengamankan keuntungan, namun tetap menyimpan sebagian karena tren jangka menengah masih berpotensi naik,” jelasnya.

Bagi investor pemula, Rizaldy memberi catatan tambahan: jangan asal beli dalam jumlah besar ketika harga sedang tinggi.

“Untuk investor baru, sebaiknya membeli emas secara bertahap atau menunggu koreksi harga, sambil selalu memperhitungkan spread jual-beli." 

Ia menyebut, investor yang ingin mulai masuk ke instrumen emas disarankan untuk melakukan pembelian secara bertahap, sambil memantau faktor-faktor makroekonomi agar tetap bisa menangkap peluang tanpa terlalu terpapar volatilitas harga.

"Intinya, emas adalah instrumen jangka panjang, jadi jangan terjebak euforia sesaat,” katanya.

Rizaldy juga mengingatkan, emas itu “non-yielding asset” tidak menghasilkan bunga atau dividen. 

Ia menyarankan strategi “sell in tranches” atau jual bertahap. Caranya dengan melepas sebagian emas di level tinggi untuk mengamankan cuan, sambil tetap menyisakan cadangan apabila harga kembali naik. 

Alternatif lain adalah mengalihkan sebagian dana ke instrumen lain seperti reksadana pasar uang atau deposito, untuk menjaga modal tetap produktif. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved