Bagi Namiya, momen itu bukan hanya pertemuan pertama dengan presiden, tetapi juga titik awal semangat baru.
“Makin semangat buat gambar lagi, kalau nanti ketemu lagi, ingin kasih yang lebih bagus,” ucapnya antusias.
Sementara itu wali kelas Namiya sejak kelas IV, Imannudin mengaku sudah lama memperhatikan bakat istimewa muridnya itu.
“Kalau anak-anak lain biasanya menggambar pemandangan, Namiya selalu menggambar karakter,” ujar Imannudin.
Ia menambahkan, kemampuan membuat ilustrasi komik di usia sekolah dasar adalah hal yang jarang.
“Jadi di antara teman-temannya di kelas memang gambarnya yang paling bagus. Saya akui karena memang dari setiap diberi tugas untuk menggambar seni rupa yaitu selalu menggambar sebuah karakter baik dari anime,”
“Biasanya kan anak-anak itu menggambar itu biasanya ya pemandangan alam, tapi kalau Namiya dikasih tugas silakan menggambar, gambar bebas, dia pasti menggambarnya itu menggambar karakter yang ada di komik ataupun novel dengan posisinya ada latar tempatnya misalkan lagi di suatu ruangan ataupun di hutan,” tuturnya.
Rina, ibu Namiya, mengungkapkan bahwa bakat putrinya sudah terlihat sejak kecil, meski awalnya Namiya justru senang menggambar hantu.
Dorongan serius datang saat wali kelasnya di kelas III merekomendasikan untuk ikut les menggambar.
“Sayang kalau enggak diarahkan, katanya. Jadi sejak itu ikut les sampai sekarang,” kata Rina.
Rina pun menyebutkan ide awal untuk menggambar presiden ini berawal dari “feeling” sang ibu tiga hari sebelum acara di ITB.
Ia meminta Namiya membuat gambar Presiden Prabowo, dengan harapan suatu saat bisa diberikan langsung.
Tak disangka, sehari kemudian ayah Namiya memberi kabar bahwa Prabowo akan hadir di Bandung.
“Saya dari rumah sudah bilang, kalau enggak ketemu enggak apa-apa, jangan kecewa. Ternyata malah ketemu, bahkan Pak Presiden menghargainya,” kenang Rina
Namiya dan sang ibu pun langsung berangkat ke Sabuga ITB pukul 11.00 WIB setelah Namiya menyelesaikan sekolahnya secara daring.