Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Wilayah Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, tercatat menjadi daerah terbanyak kasus stunting. Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandung.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dari standar usianya. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Berdasarkan Open Data Kota Bandung, hingga Maret 2025, tercatat ada 4.972 balita di Kecamatan Kiaracondong. Dari jumlah tersebut, 3.667 balita telah diperiksa dan didapati 690 balita mengalami stunting.
Sementara secara keseluruhan, pada periode tersebut total terdapat 85.963 balita di Kota Bandung. Dari jumlah tersebut, sebanyak 69.030 balita atau 80,31 persen telah menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk pengukuran tinggi badan, berat badan, dan status gizinya.
Baca juga: Anggota DPRD Jabar Sri Dewi Anggraini Soroti Peningkatan Stunting di KBB
Dengan kondisi itu Pemkot Bandung terus memerangi stunting karena anak yang mengalami stunting berisiko mengalami gangguan perkembangan otak, kesulitan belajar, hingga penyakit kronis saat dewasa.
"Mencegah stunting sama saja dengan menabung untuk masa depan Bandung yang lebih sehat dan produktif," ujar Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, di Jalan Taman Pramuka, Bandung, Jumat (8/8/2025).
Ia mengatakan, penurunan angka stunting juga menjadi target nasional yang harus didukung bersama. Pemkot Bandung telah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dari tingkat kota hingga kelurahan.
Tim ini bergerak dengan pendekatan pentaheliks, melibatkan pemerintah, akademisi, dunia usaha, media, dan masyarakat. Atas hal tersebut Erwin meminta semua pihak terlibat, karena stunting bukan hanya urusan pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama.
"Dengan menggabungkan semua kekuatan, kita bisa memastikan gizi, sanitasi, dan edukasi sampai ke keluarga yang paling membutuhkan. Tujuan kita jelas, mencetak generasi Bandung yang sehat, cerdas, dan berdaya saing," katanya.
Selain itu, sejumlah program inovatif juga telah dijalankan, di antaranya e-Penting untuk pendataan stunting secara digital, Buruan SAE yang membantu ketahanan pangan keluarga, dan Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) untuk memastikan asupan gizi terpenuhi.
Baca juga: Plered Jadi Kecamatan dengan Kasus Stunting Tertinggi di Purwakarta, 375 Balita Terdampak
"Edukasi juga dilakukan di sekolah dan komunitas untuk membangun kesadaran bahwa mencegah stunting berarti melindungi masa depan anak-anak Bandung," ucap Erwin.
Kemudian berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, serta Dinas Pengendalian Penduduk dan KB turut bekerja sesuai perannya.
Sementara sektor swasta pun dilibatkan melalui program CSR, sementara lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat aktif memberikan pendampingan di lapangan. (*)