TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA – Lebih dari 5 tahun berlalu sejak pertama diketahui, para ilmuwan belum juga mengungkap asal usul virus SARS-CoV-2.
virus SARS-CoV-2 adalah penyebab pandemi Covid-19 yang merenggut nyawa lebih dari 7 juta orang di seluruh dunia menurut laporan resmi.
Diperkirakan jumlah korban tewas Covid-19 yang tak tercatat antara 18 juta sampai 33 juta.
Pertama kali dideteksi di Wuhan, China, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020.
5 tahun berselang, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa asal-usul virus SARS-CoV-2, penyebab pandemi COVID-19, masih belum bisa dipastikan.
Hal ini disampaikan melalui laporan terbaru dari Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal-usul Patogen Baru (Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens/SAGO) yang dirilis Jumat (27/6/2025).
SAGO, yang terdiri dari 27 pakar internasional lintas disiplin, mengungkapkan bahwa sejumlah informasi penting belum tersedia untuk mengevaluasi semua hipotesis secara menyeluruh.
Salah satu hipotesis yang mengemuka adalah penularan zoonosis, baik secara langsung dari kelelawar maupun melalui inang perantara.
Namun, Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan bahwa hingga saat ini semua kemungkinan masih harus dipertimbangkan, termasuk hipotesis kebocoran laboratorium.
“Dengan kondisi saat ini, semua hipotesis harus tetap dipertimbangkan, termasuk penularan zoonosis dan kebocoran laboratorium," ungkap dr Tedros dilansir dari website resmi, Selasa (1/6/2025).
"Kami terus mengimbau Tiongkok dan negara lain yang memiliki informasi tentang asal-usul COVID-19 untuk membagikan informasi tersebut secara terbuka, demi melindungi dunia dari pandemi di masa mendatang,” lanjut Tedros.
WHO diketahui telah meminta Tiongkok untuk membagikan data penting.
Termasuk ratusan sekuens genetik dari kasus awal COVID-19, data tentang hewan yang diperjualbelikan di pasar Wuhan.
Serta informasi menyangkut kondisi laboratorium di wilayah tersebut. Namun hingga saat ini, informasi tersebut belum diserahkan kepada WHO maupun SAGO.
Laporan terbaru SAGO ini merupakan pembaruan dari laporan awal yang dirilis pada Juni 2022.