Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Setelah lebih dari satu dekade nyaman bekerja di balik layar, Lola Amaria akhirnya kembali tampil sebagai aktris.
Comeback-nya kali ini bukan main-main, ia langsung memerankan tokoh utama dalam film “Gowok Kamasutra Jawa” arahan sutradara Hanung Bramantyo.
Film yang sempat tayang di International Film Festival Rotterdam (IFFR) Januari lalu itu mulai diputar di bioskop seluruh Indonesia pada 5 Juni 2025.
Bagi Lola, keterlibatannya dalam proyek ini adalah keputusan yang dilandasi rasa penasaran, ketertarikan sejarah, hingga dorongan batin sebagai seorang perempuan.
Baca juga: Kata Syahrini soal Masuk Red Carpet di Cannes Film Festival 2025, Artis Senior Ikut Bersuara
“Gowok ini saya sudah lama tahu, tapi ada yang buat film itu saya agak kaget. Karena semua ini tentang perempuan, kamasutra, dan lainnya. Dan setelah ngobrol, seperti inilah jadinya,” tutur Lola saat screening film di CGV Paris Van Java, Senin (9/6/2025).
Dalam film tersebut, Lola memerankan Nyai Santi, seorang gowok, sosok guru bagi para lelaki muda yang akan menikah.
Dalam budaya Banyumas pada masa 1950–1965, gowok bukan sekadar penghibur, melainkan pelatih spiritual, emosional, dan sensual bagi calon suami agar dapat membahagiakan istrinya.
“Alasan kuat saya kembali karena ini bicara soal eksistensi dengan tema unik dan universal tentang perempuan, yang membuat juga dari point of view laki-laki dan tradisi yang hilang di Indonesia, spesifik Banyumas. Tradisi ini perlu dipelajari,” jelas Lola.
Lola tak hanya tertarik pada isi cerita, tapi juga pada proses di baliknya, mulai dari riset sejarah, belajar bahasa daerah, hingga mendalami gestur budaya.
“Dengan ikut film ini saya dapat hal baru secara sejarah dan belajar bahasa Ngapak. Jadi tidak mungkin menolak proyek ini,” ujarnya.
Meski sudah lama tak berakting, Lola mengaku proses syuting berjalan lancar berkat kerja sama tim yang solid.
Tantangan justru muncul sebelum kamera mulai merekam.
Baca juga: Kang Mus Preman Pensiun Menyesal jadi Mayat Berjalan di Film Anyar, Epy Kusnandar Harus Tahan Napas
“Kalau proses syuting gak ada masalah, karena kami semua tim jadi saling membantu. Tantangannya justru di sebelum syuting, ada banyak hal yang perlu didiskusikan,” katanya.
Salah satu tantangan terbesar baginya adalah berbahasa Ngapak dengan lancar, dan menjiwai karakter rakyat jelata pada masa lalu.